Meskipun guru honor, kata saya kepadanya, gaji kami masih lancar setiap tanggal 25. Gaji pokok hanya satu juta setengah. Uang transportasi dan uang berdiri tetap dihitung. Totalnya dua jutaan yang diterima setiap akhir bulan.
Gaji tersebut dicukup-cukupkan untuk kebutuhan bidup. Misalnya membayar kosan setiap bulan, beli bensin, uang makan, dan kebutuhan lainnya.
Ketiga hal di atas adalah realita yang tak dapat disangkal bahwa guru-guru honorer memang belum merdeka hingga saat ini. Guru-guru honorer belum bisa berdiri sendiri jika pemerintah tak peduli dan berpihak pada mereka.
Akhirnya, sebagai guru honor, saya berharap agar pemerintah sungguh-sungguh memperhatikan nasib guru honor di negeri ini.
Saya kira, gaji yang layak pada guru honorer berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.
Setidaknya, upah yang layak, memberikan semangat tersendiri bagi mereka untuk tetap teguh dan bersemangat dalam mendidik dan mengajar generasi-generasi penerus bangsa ini. Cukup sekian dan terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H