Mohon tunggu...
suherman agustinus
suherman agustinus Mohon Tunggu... Guru - Dum Spiro Spero

Menulis sama dengan merawat nalar. Dengan menulis nalar anda akan tetap bekerja maksimal.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

3 Faktor Penyebab Guru Honorer Belum Merdeka

16 Agustus 2020   13:03 Diperbarui: 16 Agustus 2020   14:37 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi terkait demonstrasi guru honorer (Sumber gambar: detikfinance.com)

Terutama ketika memperingati hari guru, 25 November. Para guru honor turun ke jalan, berteriak menyuarakan haknya untuk mendapatkan gaji yang layak. Para guru meminta negara agar peduli pada nasib mereka.

Namun, demonstrasi tersebut seperti teriakan seorang yang tersesat di hutan belantara. Tak ada satupun yang mendengar. Teriakan guru honor tak didengar oleh pemerintah. Buktinya, gaji mereka hingga sekarang belum mengalami perubahan signifikan.

Kedua, kebijakan yang kurang jelas. Pada juni 2020, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makariem mengeluarkan kebijakan terkait gaji guru honor.

Nadiem mengatakan, "Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) maupun Bantuan Operasional  Penyelenggara (BOP) PAUD dan pendidikan kesetaraan dipastikan dapat digunakan untuk mendukung kesiapan satuan pendidikan di masa darurat COVID-19. Tak terkecuali untuk pembayaran para guru honorer" (CNBCindoneaia.com, 16/6/2020).

Apa yang dikatakan Nadiem, menurut saya kurang jelas. Kebijakan itu menimbulkan tanya. Anggaran untuk gaji guru honor dari dana BOS nominalnya berapa? Apakah nominalnya tergantung kepala sekolah?

Pertanyaan-pertanyaan itu penting. Sebab, guru honor membutuhkan gaji yang pasti. Guru honor butuh perhatian yang sama dengan guru-guru PNS yang mendapat gaji yang layak.

Ketiga, guru honor tak digaji selama pandemi Covid-19. Ada fakta bahwa guru-guru honor yang mengabdi di sekolah-sekolah di daerah tidak mendapatkan gaji selama pandemi COVID-19.

Kebetulan, saudara saya mengajar di salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Manggarai Barat, Flores. Dia bercerita bahwa sejak COVID-19 Merebak di Indonesia pada awal Maret lalu hingga bulan Juni, dia tidak mendapat gaji serupiah pun dari sekolah.

Oleh karena itu, dia kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Bahkan dia harus meminjam duit ke tetangga untuk membeli makanan, membayar listrik dan air setiap bulan.

Menurutnya, dia dan rekan-rekan guru tidak mendapat gaji lantaran anak-anak sekolah libur total. Anak-anak tidak bisa mengikuti pembelajaran secara daring dan luring, seperti anak-anak sekolah yang berada di perkotaan.

Mendengar dia bercerita, saya pun merasa iba. Saya mencoba membandingkan dengan situasi yang saya alami. Kebetulan, saya juga seorang guru honor di salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) di Depok, Jawa Barat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun