Kedua, hamil di luar nikah. Banyak perempuan Manggarai yang hamil di luar nikah. Hal tersebut dilakukan berdasarkan kesepakatan antara laki-laki dan perempuan.Â
Mereka melakukan hubungan seks ilegal karena mahalnya belis yang diminta. Sehingga ketika dilaksanakan acara perkawinan adat, belis yang diminta pun tidak terlalu mahal.
Ketiga, menikahi perempuan di luar Manggarai. Mahalnya belis menyebabkan pemuda Mangarai menikahi perempuan di luar Manggarai, misalnya menikah dengan perempuan Jawa, Medan, Papua, dll.Â
Pemuda Manggarai berpikir bahwa lebih baik menikahi perempuan dari daerah lain daripada harus memerima mahalnya belis yang mengakibatkan rantai kemiskinan di Manggarai tak kunjung putus.
Penutup
Budaya di mana-mana di Indonesia ini mesti dijunjung tinggi apapun jenis budayanya. Bahkan menempatkan budaya setaraf dengan agama sejauh nilai-nilai budaya tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama.Â
Akhir penulis berharap, agar kita sungguh-sungguh mencintai dan menghidupkan budaya daerah masing-masing. Jangan menjadikan budaya sebagai alat untuk meraup keuntungan ekonomi sebesar-besarnya, seperti yang terjadi dalam upacara perkawinan masyarakat Manggarai.
Perempuan adalah bukti cinta Tuhan untuk manusia, sebab melalui para perempuanlah muncul generasi-generasi baru yang dapat meneruskan sejarah peradaban manusia di dunia ini. Oleh karena itu, janganlah "menjual" anak perempuan  dengan meminta belis yang mahal!Â
Salam cerdas dalam berbudaya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H