Mohon tunggu...
Suhendrik N.A
Suhendrik N.A Mohon Tunggu... Freelancer - Citizen Journalism | Content Writer | Secretary | Pekerja Sosial

Menulis seputar Refleksi | Opini | Puisi | Lifestyle | Filsafat dst...

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Sejarah Doom Spending Serta Dampaknya: Sebuah Trend yang Tengah Marak di Kalangan Gen-Z

20 Oktober 2024   09:21 Diperbarui: 23 Oktober 2024   04:32 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa Itu Doom Spending?

Doom Spending ialah suatu fenomena di mana ketika seseorang akan menghabiskan uang mereka secara implusif atau secara berlebihan dengan dalih atas respon terhadap stress, kecemasan, atau perasaan negative yang tengah dialaminya. Istilah ini juga mulai muncul kembali dikarenakan dengan pergeseran perilaku konsumsi masyarakat, terutama selama mnegalami krisi pandemi Covid-19. 

Dalam konteks pembahasan kali ini ialah terkait budaya konsuptif seseorang dalam belanja berbagai macam dengan mudahnya melalui e-commerce sebagai pelarian diri dari ketidakpatian dan tekanan sosial yang tengah mereka alamai, meskipun secara sadar seringkali mereka membelanjakan barang-barang yang mereka beli namun tidak benar-benar merka perlukan ataupun butuhkan.

Sejarah Doom Spending di Kalangan Gen-Z

Fenomena doom spending tidak sepenuhnya baru, tetapi kemunculannya semakin populer di kalangan generasi muda, khususnya Gen Z (mereka yang lahir antara 1997 dan awal 2010-an). Gen Z tumbuh di era digital yang serba cepat dan terhubung dengan internet. Mereka terpapar budaya konsumsi dan media sosial sejak usia dini, yang secara signifikan mempengaruhi perilaku belanja mereka. Adanya akses mudah ke aplikasi e-commerce, penawaran diskon online, dan rekomendasi produk dari influencer di platform seperti Instagram dan TikTok membuat belanja impulsif semakin sulit dihindari.

Mengapa Doom Spending Marak di Kalangan Gen Z?

Doom spending tumbuh subur di kalangan Gen Z karena pengaruh besar dari media sosial dan digitalisasi kehidupan sehari-hari. Media sosial menjadi sarana utama bagi mereka untuk berinteraksi, mengikuti tren, dan membangun identitas diri. 

Platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube dipenuhi dengan konten dari influencer yang sering kali menampilkan gaya hidup konsumtif. Mereka mempromosikan produk-produk baru dengan pesan bahwa kebahagiaan atau status sosial bisa dicapai melalui konsumsi. Hal ini menciptakan tekanan bagi Gen Z untuk selalu mengikuti at mereka terus terpapar promosi barang yang dianggap relevan, mendorong belanja impulsif yang tidak terencana.

Gen Z juga menghadapi ketidakpastian yang tinggi, baik dalam hal ekonomi, pendidikan, maupun pekerjaan. Situasi ini menciptakan kecemasan yang seringkali diatasi dengan belanja sebagai bentuk pelarian sementara dari tekanan. Doom spending menawarkan kepuasan instan, meskipun bersifat sementara, karena belanja memberikan perasaan sejenak bahwa mereka bisa mengendalikan sesuatu di tengah ketidakpastian hidup.

Dampak Buruk Doom Spending

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun