Namanya Melati, seperti bunga yang lembut namun memiliki aroma yang kuat. Ada kesedihan yang dalam di matanya, seolah-olah membawa beban yang tak terlihat. Aksara penasaran, tapi ia memilih untuk tidak mendekat. Baginya, setiap orang memiliki rahasia yang lebih baik tidak diusik.
Namun, hari demi hari, Melati selalu datang ke kafe yang sama, duduk di tempat yang sama, dan selalu memesan secangkir teh hangat. Aksara yang biasanya asyik dengan dunianya sendiri, mulai terganggu dengan kehadiran gadis itu. Seakan-akan ia adalah karakter yang tak bisa diabaikan dalam cerita yang sedang ditulisnya.
Klimaks
Suatu senja yang lebih dingin dari biasanya, kafe itu hampir kosong. Hanya ada Aksara dan Melati yang masih duduk terpisah dalam diam. Kali ini, Aksara merasa tak bisa lagi menahan diri. Ia bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju meja Melati. Tanpa menunggu jawaban, ia duduk di depan gadis itu dan memperkenalkan diri.
Percakapan mereka dimulai dengan canggung, namun perlahan mencair. Melati menceritakan sedikit tentang hidupnya---seorang pelukis yang kehilangan inspirasinya, yang datang ke kota tua ini untuk mencari ketenangan dan jawaban atas kekosongan dalam hatinya. Ia berbicara tentang lukisan yang tak pernah selesai, tentang keraguan yang terus menghantuinya.
Aksara mendengarkan dengan penuh perhatian. Ia merasa ada kesamaan di antara mereka, sebuah rasa hampa yang sama-sama mereka rasakan namun dalam bentuk yang berbeda. Aksara kemudian menceritakan kisahnya---tentang seorang penulis yang selalu merasa tak pernah cukup baik, selalu mencari cerita yang sempurna namun tak pernah menemukannya.
Mereka berdua tertawa kecil, merasa ironis dengan kehidupan masing-masing yang tampak begitu serupa meski berbeda jalur. Dari percakapan sederhana itu, mereka mulai sering berbagi cerita, baik di kafe maupun di tempat lain di kota tua itu.
Resolusi
Waktu berlalu, dan pertemanan mereka tumbuh menjadi sesuatu yang lebih dalam. Melati menemukan kembali inspirasinya, mulai melukis lagi dengan semangat yang ia pikir telah hilang. Sementara itu, Aksara menemukan karakter baru dalam ceritanya---seorang gadis bernama Melati yang datang membawa warna dalam kehidupan yang dulunya hanya abu-abu.
Suatu hari, saat senja kembali mewarnai kota tua, Melati mengajak Aksara ke sebuah tempat yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya---sebuah taman kecil di pinggir kota, tempat Melati pertama kali datang mencari ketenangan. Di sana, di bawah pohon besar yang rindang, Melati membuka sebuah kotak kecil yang berisi sketsa-sketsa lama, yang ia buat sebelum kehilangan inspirasinya.
"Ini untukmu," kata Melati sambil menyerahkan salah satu sketsa kepada Aksara. "Kamu yang membantuku menemukan kembali diriku, jadi aku ingin kamu memiliki ini."