Mohon tunggu...
Suharto MTsN 5 Jakarta
Suharto MTsN 5 Jakarta Mohon Tunggu... Guru - Pendidik, penulis, Guru Blogger Madrasah, motivator literasi, pegiat literasi

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mengejar Azan: Karena Kutahu Selepas Azan Tidak Ada Munajat Terabaikan

1 Juni 2023   07:20 Diperbarui: 1 Juni 2023   08:03 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumen Pribadi

Aku hanya manusia kebanyakan

Hidup dari keluarga pas-pasan

Terkadang ongkos sekolah kehabisan

Aku hanya manusia kebanyakan

Tidak ada barang berserakan

Barang cast apalagi kriditan

Aku hanya manusia kebanyakan

Bingung waktu jam dinding tak terbelikan

Terpaksa aku mengintip jam tetangga sambil kaki bergelantungan..

Aku hanya manusia kebanyakan

Dikata bodoh tapi bisa mengerjakan

Dikata pintar hanya sepercikan

Aku hanya manusia kebanyakan

Kumpulan orang terabaikan

Tapi tak putus harapan

Berusaha untuk mensejajarkan

Aku hanya manusia kebanyakan

Kumpulan orang tidak diperhitungkan

Diam-diam hati terpanaskan

Bangkit diri tuk memantaskan

Aku hanya manusia kebanyakan

Terkadang bersaing dengan teman

Pintar teman tidak terabaikan

Mundur selangkah tuk memikirkan

Aku hanya manusia kebanyakan

Langkah seribu kulakukan

Demi menggapai impian

Impian kuraih agar diri tak disepelekan

Aku hanya manusia kebanyakan

Terkadang galau ada dihadapan

Bersaing teman ilmu berlebihan

Aku hanya manusia kebanyakan

Bertarung diri dari sekumpulan

Seluruh jiwa kukerahkan

Untuk menggapai impian

Aku hanya manusia kebanyakan

Aku butuh bantuan Tuhan

Untuk mewujudkan keniscayaan

Aku hanya manusia kebanyakan

Kutahu tempat bersemayam Tuhan

Tempat di mana aku selalu tumpahkan

Segala keluh kesah kehidupan.

Tempat yang selalu kurindukan

Kehadirannya sangat kuharapkan

Dari situlah semua jeritanku terdengarkan

Hingga aku berada pada pusaran kebahagiaan.

Azan itulah tempat di mana aku selalu rindukan belaian Tuhan.

Aku selalu mengejarnya agar tidak terdahulukan.

Selepas kudendangkan, ku selalu bermesraan dengan untaian kata penuh harapan.

Karena kutahu selepas azan tidak ada munajat terabaikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun