Aku hanya manusia kebanyakan
Hidup dari keluarga pas-pasan
Terkadang ongkos sekolah kehabisan
Aku hanya manusia kebanyakan
Tidak ada barang berserakan
Barang cast apalagi kriditan
Aku hanya manusia kebanyakan
Bingung waktu jam dinding tak terbelikan
Terpaksa aku mengintip jam tetangga sambil kaki bergelantungan..
Aku hanya manusia kebanyakan
Dikata bodoh tapi bisa mengerjakan
Dikata pintar hanya sepercikan
Aku hanya manusia kebanyakan
Kumpulan orang terabaikan
Tapi tak putus harapan
Berusaha untuk mensejajarkan
Aku hanya manusia kebanyakan
Kumpulan orang tidak diperhitungkan
Diam-diam hati terpanaskan
Bangkit diri tuk memantaskan
Aku hanya manusia kebanyakan
Terkadang bersaing dengan teman
Pintar teman tidak terabaikan
Mundur selangkah tuk memikirkan
Aku hanya manusia kebanyakan
Langkah seribu kulakukan
Demi menggapai impian
Impian kuraih agar diri tak disepelekan
Aku hanya manusia kebanyakan
Terkadang galau ada dihadapan
Bersaing teman ilmu berlebihan
Aku hanya manusia kebanyakan
Bertarung diri dari sekumpulan
Seluruh jiwa kukerahkan
Untuk menggapai impian
Aku hanya manusia kebanyakan
Aku butuh bantuan Tuhan
Untuk mewujudkan keniscayaan
Aku hanya manusia kebanyakan
Kutahu tempat bersemayam Tuhan
Tempat di mana aku selalu tumpahkan
Segala keluh kesah kehidupan.
Tempat yang selalu kurindukan
Kehadirannya sangat kuharapkan
Dari situlah semua jeritanku terdengarkan
Hingga aku berada pada pusaran kebahagiaan.
Azan itulah tempat di mana aku selalu rindukan belaian Tuhan.
Aku selalu mengejarnya agar tidak terdahulukan.
Selepas kudendangkan, ku selalu bermesraan dengan untaian kata penuh harapan.
Karena kutahu selepas azan tidak ada munajat terabaikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H