Penulis setuju saja, mengingat jangan sampai kebablasan perpusnas untuk mengeluarkan ISBN tanpa cek and ricek terlebih dahulu.Â
Pernah dijumpai di lapangan ada beberapa literat telah mengajuankan ISBN, tetapi draftnya masih proses dan belum final. Begitu juga ada beberapa teman yang terlalu tipis dan sebenarnya tidak layak untuk ber-ISBN.
Pernah seorang teman ingin mengajukan ISBN, setelah dicek penulis bilang tolong ditambah, tetapi setelah ditunggu tidak ada respon. Tiba-tiba beliau datang memberikan bukunya. Penulis lihat lebih tebal buku tulis siswa sekolah dasar dan tidak ber-ISBN.Â
Penulis hanya bilang kalau yang seperti ini penulis juga bisa, cukup hubungi penerbit indie dan lebih murah lagi. Itu juga kalau hanya sekedar punya buku.
Penulis juga melihat ada beberapa teman yang mampu menerbitkan buku antologi dalam waktu yang dekat mencapai 50 buku ber-ISBN dan bahkan tulisan yang sudah tertera di 50 buku kemudian diambil kembali lalu dihimpun menjadi satu buku solo. Dengan demikian beliau sudah punya buku 51 ber-ISBN. Padahal kalau untuk penilaian bagi ASN hanya 4 orang penulis itupun nilainya berjenjang. Bagaimana jika dalam buku antologi mencapai 30 hingga 50 Penulis, Otomatis tidak ternilai. Menurut hemat penulis ini terlalu pemborosan ISBN.
Andai ada 1000 orang yang membuat buku antologi seperti yang di atas tadi pemborosan ISBN pun bisa terjadi. Mari kita jumlah 1000 x 50 buku = 50.000 buku ber-ISBN antologi. Jika dicetak menjadi buku solo per 50 menjadi satu. Maka dari 1000 orang hanya menjadi 1000 buku solo. Dengan demikian 50.000 - 1000 = 49.000. mungkin ini menurut hemat penulis sebuah pemborosan ISBN.Â
Ini hanya sebuah analisa orang pinggiran saja. Bukan berarti penulis antipati terhadap buku antologi yang bersifat keroyokan. Penulis juga pernah membuat buku antologi itupun hanya sekedar tahu. Setelah tahu selanjutnya penulis lebih memilih buku solo lebih puas dan karya hasil sendiri. Baik antologi dan solo keduanya punya kelebihan masing-masing.
Untuk membuat buku tidak mesti harus ber-ISBN. Buktinya penulis beli buku-buku tidak ber-ISBN, tapi isinya luar biasa bagus, logis, dan bisa diterapkan dalam kehidupan. Seperti bukunya Yodhia Antariksa - Finansial Freedom Bluprint, Life Skills, dan Change your life Change your habits- ketiga buku bagus sekali menurut penulis. Sistematis, kaya akan nutrisi, jelas, logis, dan mudah diaplikasikan.
Namun, jika ber-ISBN punya nilai jual karena diakui keberadaannya. Tentunya bagi ASN ada nilai tambah untuk kenaikan pangkat/golongan.
Semoga semangat menulis terus membara dan ISBN anggap sebagai hadiah jerih payah. Menulis tidak harus ber-ISBN, menulis adalah panggilan jiwa untuk saling berbagi untuk sesama manusia. Jika, niat kita menulis itu sebagai ladang ibadah. Tentunya nilainya melebihi ISBN itu sendiri.
Ada ISBN atau tidak tetap menulis untuk berbagi.