Mohon tunggu...
Suhartatik Suhartatik
Suhartatik Suhartatik Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi menulis karya sastra misalnya puisi, cerpen, pantun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Writing's Easy

3 Februari 2023   17:30 Diperbarui: 3 Februari 2023   17:31 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KBMN GELOMBANG 28

Resume Hari 9

Jumat, 27 Januari 2023

Nara sumber: Prof. Dr. Ngainun Naim

Moderator: Lely Suryani, S.Pd.SD

Materi: MENULIS ITU MUDAH

Judul: Writing's Easy

Malam ini narasumber KBMN 28 adalah seorang tokoh idola. Sebelumnya pernah bertemu beliau saat mengikuti acara peluncuran buku dari salah satu komunitas. Beliau adalah Prof. Dr. Ngainun Naim.

Dalam menyampaikan materinya "Menulis itu Muda", Prof Ngainun, begitu biasa disapa, tidak menjelaskan tentang "Menulis itu Muda" tetapi beliau mengajak para peserta untuk menulis. Caranya SATU: MENULIS.                

Tapi pertanyaannya: Apa yang akan ditulis?

Ada contoh tulisan beliau:

Saat saya sedang tidur, Anak Mbarep ternyata sudah ada di dekat tempat saya tidur. Ia bernyanyi atau apalah dengan pelan. Jelas, tujuannya agar saya bangun. Saya meliriknya, lalu mata kembali terpejam. Tetapi dia tidak menyerah. Dia terus saja bernyanyi dengan pelan. Saya tanya apa maunya. Ternyata ia mengajak ke Trenggalek kota. Ya sudah, saya suruh dia mandi dan bersiap-siap. "Shalat ashar sekalian ya", kata saya.

 Jam 15.30 kami meluncur. Suasana jalanan sudah terlihat meningkat volumenya. Maklum, ini sudah semakin dekat dengan lebaran. Salah satu agenda kami adalah mengunjungi Green Park; taman kota yang sedang berbenah. 

 Pertama-tama kami menuju sebuah rumah makan untuk membeli lauk mentah. Digoreng sendiri lebih lezat. Sekalian buat sahur Anak Mbarep. Usai cari lauk menuju sebuah counter game. Stick game rusak plus ngisi program baru.

 Cukup lama di tempat ini karena memilih mainan baru ternyata tidak selalu mudah. Waktu sudah hampir jam 17.00 saat kami mulai meninggalkan counter game yang ada di Gedung NU Trenggalek tersebut. Sebentar lagi magrib menjelang.

 

Tidak banyak yang bisa kami lakukan selain bersegera pulang. Pergi ke Green Park kami batalkan. Insyaallah lain waktu. Kami kemudian meluncur ke arah alun-alun. Luar biasa, suasana begitu ramai.

Dari arah selatan, di bawah tulisan 'Trenggalek', puluhan anak muda siap dengan aksi selfi. Kami berhenti sebentar, ambil gambar mereka dari kejauhan. Setelah itu kami memutari alun-alun. 

 Hiruk-pikuk orang ngabuburit sungguh terasa. Di depan Pendopo, arus kendaraan tersendat. Ada dua tenda yang menggelar pertunjukan. Kalau tidak salah dari SMAN 1 Trenggalek dari dari sebuah perusahaan rokok. Sebenarnya ingin mengambil gambar, tetapi kondisi tidak memungkinkan. 

 Begitulah, kami pun terseret arus keluar dari jebakan acara. Kami pun meluncur pulang. Magrib sudah menjelang. 

 Ini catatan soreku. Mana catatanmu? 

 Trenggalek, 25 Juni 2016

Tulisan ini hanya beberapa paragraf. Berkisah tentang suasana ramadhan di ALun-Alun Trenggalek tempat beliau tinggal. Sifatnya ringan namun cukup memberi informasi tentang tempat yang sedang dikunjunginya

Contoh tulisan beliau berikutnya tentang kisah pertemuan Prof. Ngainun dengan seorang sahabat yang sebelumnya hanya dikenal di WA. Di sini beliau menceritakan awal pertemuannya ketika diminta untuk memberi komentar terhadap tulisan yang akan diterbitkan, hanya lewat WA. Dari situ keduanya menjalin persahabatan.

Pada dasarnya narasumber menyampaikan salah satu kunci menulis yang mudah, yaitu dengan cara MENULIS hal-hal yang sederhana yang kita alami. Pengalaman hidup menjadi sumber tulisan yang subur. Pengalaman itu mudah dituliskan karena kita menceritakan apa yang kita alami. Secara berkelakar narasumber mengatakan, " Jangan takut salah atau jelek. Takutlah jika tidak menulis."

Kunci yang kedua adalah JANGAN MENULIS SAMBIL DIBACA LALU DIEDIT. Itu akan menjadi hambatan psikologis dalam menuangkan pikiran. Menulis, menulis, dan menulis. Kita keluarkan yang ada dalam pikiran secara bebas.

Selesai menulis atau karena sudah habis yang mau ditulis, kita tinggalkan dulu. Simpan di komputer. Jangan dibaca. Cari suasana psikologis yang berbeda. Istilahnya ENDAPKAN DULU. Kemudian cermati kalimat demi kalimat. Tambahkan ide yang ada jika memang perlu ditambah. Jika ada typo, perbaiki.

Pesan Prof Ngainun seperti yang selama ini dilakukan adalah sebelum mengunggah ke blog atau Kompasiana, baca ulang tulisan kita beberapa kali. Hal ini dilakukan tujuannya meminimalkan hal yang tidak sesuai dengan keinginan kita.

Berikutnya contoh tulisan yang sudah diedit berkali-kali.

Terasa sekali tulisan yang diedit berkali-kali, hampir tidak ada typo dan bahasa begitu tertata rapi dan mengalir indah.

Ketiga MENULIS TENTANG PERJALANAN. Jenis tulisan ini menurut narasumber tergolong tulisan yang mudah dibuat. Menulis apa saja yang kita lakukan dan kita alami di perjalanan. Contohnya: Saat Rekreasi.

Kunci menulis berikutnya yang membuat menulis menjadi mudah, yaitu MENULIS SECARA NGEMIL. Sedikit demi sedikit. Setiap hari menulis beberapa jenis tulisan. Tidak banyak. Untuk blog atau Kompasiana 3-5 paragraf, misalnya, sedangkan untuk artikel bisa 1 paragraf, setiap hari.

Hasil dari Sesi Tanya jawab:

1.  Pertanyaan menarik dari Bu Dewi di Kalteng. Sejauh ini nara sumber berpikir terbalik. Beliau mewajibkan diri terus menulis. Orang lain itu tidak dipaksa untuk menulis. Jika narasumber menjadi teladan, mereka akan terinspirasi dan mengikuti. Sejauh ini beliau memiliki banyak sekali "murid" yang menulis setiap hari. Ya, setiap hari.

Ini Google Scholar Prof. Dr. Ngaiun. Boleh baca, terdapat sekian ratus artikel jurnal beliau.

  • Kesulitan itu biasanya karena persoalan psikologis. Takut jelek, takut salah, dan seterusnya. Itu harus dilawan. Caranya pokoknya ya ditulis. Prof. Ngainun selalu mengawali tulisan dengan prolog sederhana. Ini sebagai pintu masuk untuk paragraf demi paragraf berikutnya. Kata salah seorang penulis: cara melawan kesulitan adalah dengan melakukan.
  • Dulu setap orang berjalan saat kecil itu juga dipaksa oleh orang tua. Sekarang benar-benar mudah. Jadi jika menulis ingin benar-benar mudah, paksalah untuk menulis setiap hari.  Jika mampu menulis setiap hari selama tiga bulan, buktikan nanti akan ketagihan.
  • Semua tulisan beliau diusahakan untuk diedit sebaik mungkin. Blog pertama: blogspot. Ini blog gratis. Jadi tata letak dan sebagainya sederhana. Blog kedua: spirit literasi itu berbayar. Jadi lebih bagus dari sisi isi dan tata letak.
  • Lawan terbesar penulis adalah diri sendiri. Itu butuh perjuangan. narasumber juga mengalaminya. Seiring perjalanan waktu, beliau mengabaikan itu. Pokoknya menulis saja. Kualitas itu akan meningkat seiring dengan banyaknya karya yang kita hasilkan. Tentu juga harus belajar tanpa henti. Sampai sekarang beliau masih terus belajar, mencari informasi, menonton YouTube, membaca, dan terus menulis. Jadi teruslah menulis. Bagaimana kualitas bisa meningkat jika berhenti menulis?
  • Biasakan membuat TEMPLATE atau semacam ancangan (kerangka) sederhana saat membiasakan menulis secara nyicil. Misalnya: Ingin menulis tentang: EMPAT HAL YANG MUDAH DITULIS.
  • Paragraf 1: buat panduan: Menulis Itu mudah apa sulit?
  • Paragraf 2: Menulis yang dialami.
  • Paragraf 3: Menulis Perjalanan
  • Dan seterusnya.
  • Jadi setiap paragraf sudah ada kata kuncinya biar tidak liar ke mana-mana.
  • Itu memudahkan kita dalam mengeksekusi ide saat memilih metode NYICIL
  • Tulisan demi tulisan dikumpulkan. Diberi judul, kata pengantar, daftar isi dan biodata penulis. Sudah jadi buku. Banyak buku yang merupakan kumpulan dari menulis setiap hari
  • Bisa dua-duanya. Intinya pilihlah yang kita bisa. Jika booming tetapi ndak bisa menyelesaikan tulisan ya jangan dipilih. Tulislah sesuai yang kita mampu.
  • Cara memunculkan ide: Banyak membaca. Banyak berlatih. Terus menulis. Hanya itu cara yang beliau praktikkan. Tidak ada yang instan.
  • Berusaha menikmati semua yang dikerjakan. Kesibukan itu bukan hambatan menulis. Kuncinya komitmen yang dijalankan dengan riang gembira. Jika ada orang beralasan sibuk lalu tidak menulis, beliau hampir yakin ketika banyak waktu luang pun juga tetap tidak menulis.
  • Konsentrasi itu soal latihan. Sebaiknya memang ketika menulis, HP dimatikan. Itu gangguan terbesar. Jadi fokuslah dan teruslah berlatih.
  • Nafsu itu bukan untuk dibunuh tetapi dikelola. Sekarang turunkan target. Jangan yang berat dulu. Imbangi yang sederhana dan ringan tetapi selesai. Itu namanya tulisan berbasis otak kanan. Nah, yang berat itu basisnya otak kiri. Mulainya sebaiknya dari otak kanan. Nanti yang otak kiri akan ikut dengan sendirinya. Selamat mencoba.
  • Metode itu alat. NGEMIL itu metode. Efektif atau tidak itu ya tergantung kita yang menerapkan.
  • Kapan harus mengutip? Ya ketika kita memang merujuk ke pikiran orang lain di sebuah buku. Jika itu memang murni pikiran kita ya tidak perlu mengutip. Syaratnya harus betul-betul pikiran kita. (2) Sekarang ini tersedia banyak sumber referensi online.

  • Sepanjang tulisan itu karya kita yang tidak bertentangan dengan SARA, ya tidak masalah. Musuh terbesar penulis itu diri sendiri. Misalnya takut, malu, kuatir dan sejenisnya jika tulisan kita diposting. Jika ingin jadi penulis, abaikan hal-hal semacam itu. Dikritik, biasa. Itu sarana untuk memperbaiki tulisan kita.

  • (1) Menulis itu ada tahapan setelah menuangkan ide dalam kalimat, yaitu EDITING. Di sini tugas kita merapikan yang tidak runtut. Menyambungkan yang tidak nyambung. Jadi kalau saat menulis masih kacau tidak apa-apa. Nanti kita perbaiki saat editing.
  • (2) Sebaiknya izin jika menulis biografi orang lain.
  • Bisa memakai judul umum. Misalnya KOMPILASI CATATAN HARIAN. Jadi temanya kan sangat umum. Pilihan lainnya, mulai sekarang coba rancang bab demi bab yang temanya berdekatan lalu cicil secara ngemil jadinya nantinya mudah jika dijadikan sebagai buku.
  • Menulis setiap hari bukan berarti tanpa editing. Aspek yang penting dari menulis itu adalah kemampuan mengeluarkan ide dan gagasan menjadi tulisan. Ini jangan dipagari dulu dengan teori ini dan itu. Berani dulu. Artinya, ini tahapan yang belum selesai. Nah, setelah tulisan jadi, baru diedit. Itu dua hal berbeda. Jika menulis itu diawali dari harus begini, harus begitu, maka jadinya kayak mahasiswa yang menulis skripsi itu. Takut salah. Takut ini itu. Jadinya ya nggak jadi-jadi.

Nah, setelah mengikuti materi malam ini dengan sejumlah pertanyaan dan jawaban yang berbobot, masihkah takut untuk menulis?

Tulis tanggapan Anda di kolom komentar.

Motivasi dan masukan sangat diharapkan untuk meningkatkan kemampuan menulis saya.

Sidoarjo, Januari 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun