Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin
Oleh Suharni
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Sebelum memulai tulisan ini perkenankan saya memperkenalkan diri, saya Suharni Calon Guru Penggerak Angkatan 8 dari SMAN 1 Negerikaton Kabupaten Pesawaran. Selama saya menjalankan tugas sebagai seorang pendidik (guru) sering kali saya dihadapkan pada situasi-situasi yang mengharuskan saya untuk mengambil sebuah keputusan. Situasi tersebut sering kali menimbulkan dilema dalam saya membuat sebuah keputusan. Ada kalanya keputusan yang saya ambil tidak bisa diterima dengan baik oleh semua unsur sekolah.
Setelah mempelajari modul 3.1 tentang pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin, saya menyadari bahwa mengambil keputusan adalah tugas yang berat bagi seorang pemimpin pembelajaran. Hal itu karena keputusan yang diambil harus tetap berpegang pada nilai-nilai atau prinsip-prinsip kebajikan dan berdampak positif bagi murid.
Dalam modul 3.1. ini wawasan dan pemahaman saya perlahan menjadi terbuka bahwa dalam membuat sebuah keputusan yang menimbulkan dilema, membutuhkan strategi atau langkah-langkah yang tepat. Di modul ini dipelajari 4 paradigma berpikir, 3 prinsip berpikir, dan 9 langkah pengambilan keputusan. Dengan memperhatikan dan menerapkan strategi tersebut, diharapkan keputusan yang diambil adalah keputusan yang tepat, berbasis nilai-nilai kebijakan, bertanggung jawab, dan berpihak pada murid.
Koneksi antar materi diawali dengan sebuah pertanyaan pemantik, yaitu "Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik"
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).Bob Talbert
Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda pelajari saat ini?
Kaitan dari kutipan "Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik" dengan proses pembelajaran yang sedang saya pelajari adalah bahwa mendidik seorang anak tidak berhenti pada pemberian pengetahuan saja, akan tetapi lebih dari itu pendidikan adalah untuk menanamkan nilai-nilai kebajikan sebagai bekal anak dalam menghadapi kehidupannya. Dengan memahami nilai-nilai kebajikan maka dalam diri seorang anak akan tumbuh motivasi intrinsiknya, tumbuh sikap dan karakter yang baik, dan bisa menjadi manusia yang berharga dan bermanfaat untuk umat. Seperti halnya, mengajarkan membaca itu penting, tetapi menanamkan cinta membaca itu lebih penting.
Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?
Nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut akan sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Dengan prinsip atau nilai yang kita yakini, maka dalam mengambil keputusan kita akan mempertimbangkan manfaat apa yang bisa kita berikan pada orang lain dari keputusan tersebut tanpa merugikan pihak lain. Kita akan mampu memilih keputusan yang paling banyak manfaatnya dan paling sedikit kerugian yang ditimbulkan sehingga hal tersebut berdampak baik pada lingkungan kita.
 Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?
 Sebagai seorang pemimpin pembelajaran saya dapat mengambil keputusan yang berpihak pada murid dalam proses pembelajaran dengan cara menanamkan nilai-nilai kebajikan dalam diri murid, seperti nilai tanggung jawab, disiplin dan nilai-nilai baik lainnya. Memberikan teladan yang baik dan bertanggung jawab dalam hal mengambil keputusan, mendidik dengan kisah inspiratif menceritakan kisah-kisah orang yang sukses tetapi memiliki sikap dan karakter yang baik.
 Menurut Anda, apakah maksud dari kutipan ini jika dihubungkan dengan proses pembelajaran yang telah Anda alami di modul ini? Jelaskan pendapat Anda.
Education is the art of making man ethical.
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis. (~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~)
 "Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis". Ilmu adalah pelita yang akan menerangi perjalanan hidup. Dalam memberikan sebuah ilmu (pendidikan) kita akan berhadapan dengan berbagai karakter anak dari yang baik, atau kurang baik sikapnya. Seorang pendidik harus mengambil keputusan yang berbasis pada nilai kebajikan dalam memberikan ilmu dan upaya menanmkan karakter baik tersebut. Diperlukan cara atau strategi yang tepat, seni dalam mendidik anak sesuai karakter masing-masing anak. Keputusan yang tepat dalam seni mendidik anak akan membuat anak sadar dengan sendirinya (tumbuhnya motivasi dalam dirinya) akan pentingnya memiliki perilaku baik karena akan membuat dirinya berharga dan bermanfaat, tidak hanya untuk dirinya tapi juga bagi orang di sekitarnya.
 1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
 Patrap triloka yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara berbunyi : "ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani" yang mengandung arti : di depan memberi teladan, di tengah membangun motivasi/dorongan, di belakang memberi dukungan. Hal ini sangat berkaitan erat dengan pendidik sebagai pemimpin pembelajaran yang harus mampu berpihak pada murid. Murid dengan keberagaman yang ada baik dari karakter, kemampuan, sifat, dan yang lainnya, memiliki kodratnya masing-masing. Tugas seorang guru hanyalah menuntun murid untuk menggali dan menemukan potensi/kodrat yang dimilikinya agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
 Dalam proses menuntun ini, murid diberi kebebasan untuk mengembangkan dirinya sementara guru sebagai pamong yang menuntun agar murid tidak kehilangan arah. Hal ini akan sangat berpengaruh pada pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Guru harus mampu mengambil keputusan yang bijaksana dan berpihak pada murid. Dalam Upaya mengambil keputusan yang bertanggung jawab dan berpihak pada murid sudah seharusnya menggunakan rancangan dan pemikiran yang matang dngan menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip berpikir dan 9 langkah peengambilan dan pengujian keputusan.
 2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
 Untuk dapat mengambil keputusan yang tepat perlu adanya nilai-nilai atau prinsip, pendekatan atau Langkah yang benar sehingga keputusan yang diambil dapat dipertanggung jawabkan dan memiliki resiko yang paling rendah bagi semua pihak, berbasis nilai-nilai kebajikan universal serta berpihak pada murid.
 Keputusan yang tepat dapat diambil dengan adanya kesamaan visi, budaya, dan nilai-nilai yang disepakati dalam sebuah institusi. Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita akan sangat mempengaruhi prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan.
 3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya.
 Coaching sebagai sebuah teknik yang digunakan sebagai Upaya kolaborasi untuk mengembangkan diri dan menemukan solusinya sendiri dari setiap masalah yang dihadapi dengan menggunakan alur TIRTA (tujuan, identifikasi, rencana aksi, dan tanggung jawab). Materi coaching yang telah diberikan oleh  pendamping atau fasilitator dalam proses pembelajaran sangat membantu saya dalam mengembangkan diri saya untuk membuat sebuah keputusan yang bertanggung jawab, berpihak pada murid, dan berpegang pada prinsip-prinsip kebajikan universal.Â
 4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
 Sebagai seorang pendidik sangat penting untuk mengenali dan memahami keunikan murid, kesiapan belajar murid, dan juga kesiapan sosial emosional murid. Guru juga harus mampu mengelola kompetensi sosial emosionalnya yang dimilikinya tersebut untuk menghasilkan keputusan yang bertanggung jawab. Kompetensi sosial emosional yang harus dimiliki yaitu kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, ketrampilan berrelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
 5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
 Sebagai seorang pemimpin pembelajaran harus mampu melihat sebuah permasalahan yang dihadapinya itu apakah sebuah dilema etika ataukah bujukan moral. Dengan kemampuan mengidentifikasi masalah, guru sebagai pemimpin pembelajaran akan menterjemahkan nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam dirinya untuk dapat membuat sebuah keputusan yang tepat. Dilema etika membutuhkan pemilihan keputusan yang paling benar dari dua kebenaran yang saling bertentangan. Sedangkan bujukan moral adalah situasi kasus antara benar salah.
 6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?
 Situasi yang mengharuskan kita untuk mengambil sebuah keputusan terkadang tidak serta merta dapat diterima oleh semua pihak. Hal tersebut tentunya menimbulkan rasa yang tidak nyaman. Akan tetapi dengan melakukan komunikasi yang efektif dan upaya kolaboratif dengan semua pihak yang terkait serta menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip berpikir dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, maka akan tercipta lingkungan yang positif, aman, nyaman, dan kondusif.
 7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
 Perbedaan sudut pandang dan pola pikir dari tiap individu dalam menghadapi sebuah masalah menjadi tantangan dalam pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika. Akan tetapi perbedaan-perbedaan tersebut pada dasarnya dapat dikomunikasikan agar mendapatkan titik temu dengan memahami paradigma, prinsip berpikir dan langkah-langkah pengujian keputusan.
 8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
 Keputusan yang kita ambil sebagai pemimpin pembelajaran harus memerdekakan murid. Memberi kebebasan kepada murid untuk dapat mengembangkan kemampuan, minat, dan bakatnya agar tumbuh dan berkembang. Seorang guru harus dapat memberikan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid yang berbeda-beda dengan memberikan pembelajaran berdiferensiasi sehingga semua murid akan mendapatkan pengetahuan dan pemahaman sesai kemampuannya masing-masing.
 9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
 Seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan akan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya. Pembelajaran yang dilakukan dengan proses menuntun layaknya seorang petani terhadap tanamannya tentu akan dapat menggali dan mengembangkan potensi-potensi yang masih tersimpan dalam diri murid. Sehingga murid akan mampu menyadari potensi yang ada pada dirinya sehingga potensi tersebut akan dipupuk dan dikembangkan. Hal itu akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan masa depannya.
 10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
 Kesimpulan akhir dari dari materi pada modul 3.1 tentang pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin dengan modul sebelumnya adalah bahwa guru sebagai pemimpin pembelajaran harus memiliki berperan menuntun anak dan memeberikan pembelajaran yang berpihak pada murid sebagaimana filosofi pemikiran Ki Hjaar Dewantara bahwa tujuan pendidikan adalah menuntun segala kodrat anak agar mereka dapat mencapai kebahagiaan dan keselamatan setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
 Guru dalam menuntun anak harus memiliki visi kedepan, mengembangkan potensi yang ada pada diri anak, memahami keragaman dan keunikan dalam diri anak sehingga dapat memberikan pembelajaran yang berdiferensiasi dengan memperhatikan dan menerapkan pembelajaran sosial emosional, serta mampu mengelola kompetensi sosial emosionalnya untuk dapat menghasilkan keputusan yang bertanggung jawab berbasis nilai-nilai kebajikan universal.
 11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
 Dilema etika adalah situasi benar lawan benar, memilih salah satu keputusan yang paling sedikit menimbulkan kerugiannya dari dua kebenaran yang saling bertentangan sedangkan bujukan moral adalah pertentangan antara benar lawan salah. Dalam menghadapi dilemma etika akan ada nilai-nilai kebajikan mendasar yang bertentangan. Pola tersebut adalah 4 paradigma pengambilan keputusan : paradigma individu lawan kelompok, kebenaran lawan kesetiaan, keadilan lawan rasa kasihan, dan jangka pendek lawan jangka Panjang. Langkah berikutnya dalam menghadapi pilihan dari dua permasalahan gunakan 3 prinsip berpikir dalam pengambilan keputusan, yaitu berpikir berdasarkan hasil akhir, berpikir berdasarkan peraturan, dan berpikir berdasarkan rasa peduli. Untuk memandu dalam mengambil keputusan dan menguji keputusan yang akan diambil dapat menggunakan 9 langkah yang dilakukan. Hal tak terduga yaitu ketika proses pengujian, jika ada sisi pelanggaran hukum maka keputusan tidak dapat dilanjutkan karena menghasilkan keputusan yang salah.
 12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?Â
 Saya pernah menerapkan pengambilan keputusan dalam situasi dilema etika, tetapi sebelum mempelajari modul ini saya memutuskan masalah hanya berdasarkan intuisi/perasaan dan berpegang pada nilai kebajikan yang saya yakini saja.
 Setelah mempelajari modul ini ternyata dalam mengambil keputusan ada hal-hal yang harus dilakuakn yaitu menimbang berdasarkan 4 paradigma, berpikir menggunakan 3 prinsip, dan melakukan uji keputusan melalui 9 langkah pengujian keputusan.
 13. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
 Setelah mempelajari modul ini, saya menyadari satu hal bahwa dalam mengambil suatu keputusan harus sangat cermat dan memperhatikan beberapa hal agar keputusan yang diambil memiliki dampak paling kecil dan membawa manfaat lebih banyak bagi orang lain.
 14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
 Materi pada modul ini sangat penting untuk dipelajari baik sebagai pribadi maupun sebagai pemimpin. Karena dalam kehidupan kita akan selalu dihadapkan pada situasi-situasi yang membutuhkan pengambilan keputusan yang tepat dan bertanggung jawab serta sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal. Pengambilan keputusan tersebut membutuhkan pertimbangan yang sangat matang dari segi paradigmanya, prinsip berpikir, dan Langkah-langkah uji keputusan.
 Belajar tak pernah mengenal kata henti, karena ilmu dinamis dan selalu berkembang. Belajar sepanjang hayat. Ilmu Bagai pelita yang akan menyinari jalan kehidupan. Semoga tulisan ini bermanfaat.
Â
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wbaarakatuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H