Mohon tunggu...
suharni
suharni Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 Negerikaton

hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan

20 Juli 2023   06:30 Diperbarui: 20 Juli 2023   06:31 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4 Budaya Positif

Oleh Suharni

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Sebelum memulai tulisan ini saya akan memperkenalkan diri saya terlebih dahulu. Saya Suharni calon guru penggerak angkatan 8 dari Kabupaten Pesawaran. Jurnal refleksi dwi mingguan merupakan salah satu tugas berisi refleksi diri yang dibuat setiap 2 minggu selama mengikuti pendidikan guru penggerak.

Jurnal refleksi dwi mingguan pada modul 1.4 berisi tentang budaya positif. Sebuah materi yang menjelaskan mengenai bagaimana upaya kolaboratif yang dapat dibangun oleh seorang guru penggerak untuk menciptakan budaya positif di lingkungan sekolah/kelas dalam rangka mengembangkan karakter anak-anak sesuai profil pelajar pancasila.

Metode yang digunakan pada jurnal refleksi dwi mingguan modul 1.4 ini penulis menggunakan metode 4F (Facts (peristiwa), Feelings (perasaan), Findings (Pembelajaran), dan Future (Penerapan)).

Facts (Peristiwa)

Materi-materi pada modul sebelumnya yaitu modul 1.1  Filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara, modul 1.2 Nilai dan peran guru penggerak, dan modul 1.3 Visi guru penggerak. Ki Hajar Dewantara memaparkan bahwa pendidikan berpusat pada murid. Sebagai seorang guru diibaratkan seorang petani atau tukang kebun yang merawat, memupuk, hingga memanen benih-benih tanaman dengan penuh kasih sayang dan sepenuh hati. Guru haruslah memiliki visi yang jelas dalam menjalankan nilai dan perannya sebagai seorang pendidik serta mampu berkolaborasi dengan berbagai pihak warga sekolah untuk mewujudkan budaya positif.

Dalam mempelajari modul 1.4 mengenai budaya positif pada pendidikan guru penggerak yang tersemat di LMS pada laman guru penggerak di SIMPKB, menggunakan alur MERDEKA, yaitu:

1. Mulai dari diri

Modul 1.4 diawali dengan mulai dari diri. Pada tautan mulai dari diri ini, saya diajak untuk merenung dan berpikir sejenak mengenai sekolah impian. Tentang apa pentingnya menciptakan suasana positif di lingkungan sekolah/kelas, bagaimana saya menciptakan suasana positif di lingkungan sekolah/kelas, apa hubungan antara menciptakan suasana positif dengan proses pembelajaran yang berpihak pada murid, serta bagaiman penerapan disiplin di sekolah saya, apakah sudah diterapkan dengan efektif ataukah belum, adakah yang perlu diperbaiki dan dikembangkan?.

Selain itu juga saya diajak untuk melakukan refleksi terkait peran saya dalam menciptakan budaya positif dengan menggali harapan-harapan yang ingin saya lihat ada pada diri saya sendiri untuk dapat berkembang, harapan kepada siswa, dan ekspektasi saya terhadap materi pada modul 1.4 budaya positif.

2. Eksplorasi Konsep

Pada eksplorasi konsep, saya mempelajari 6 kompetensi inti dalam upaya menciptakan budaya positif, yakni :

a. Disiplin positif dan nilai-nilai kebajikan

Penerapan disiplin di lingkungan sekolah/kelas tentu tidak dapat dilakukan sendiri. Kolaborasi dengan semua pihak warga sekolah (kepala sekolah, guru, siswa, orang tua) perlu dibangun. Penanaman nilai-nilai kebajikan universal ke dalam diri murid, penting dilakukan untuk  menumbuhkan motivasi dari dalam diri murid (motivasi intrinsik) sehingga pelaksanaan disiplin positif menjadi lebih mudah diterapkan.

b. Teori motivasi, hukuman dan penghargaan, restitusi

Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Disipline, menyatakan bahwa pemberian hukuman ataupun pemberian penghargaan pada murid hanya akan menumbuhkan motivasi eksternal. Motivasi yang tumbuh hanya akan hidup dalam jangka waktu pendek. Motivasi yang harus menjadi focus utama guru dalam pembelajaran adalah motivasi intrinsik, motivasi yang lahir secara sadar dalam diri murid.

c. Keyakinan kelas

Keyakinan kelas merupakan nilai-nilai yang disepakati oleh seluruh warga kelas untuk ada dan dapat dilaksanakan oleh seluruh warga kelas. Keyakinan kelas berisi pernyataan-pernyataan universal yang dibentuk dengan kontribusi seluruh warga kelas .

d. Kebutuhan dasar manusia dan dunia berkualitas

Secara fitrahnya, setiap manusia selalu memiliki kebutuhan dasar yang harus terpenuhi agar mampu mengembangkan potensi-potensi yang ada pada dirinya. Kebutuhan dasar tersebut ada 5, yaitu : kebutuhan untuk bertahan hidup, rasa diterima dan kasih sayang, kesenangan, kebebasan, dan penguasaan (merasa diakui kemampuan yang dimilikinya).

e. Restitusi – lima posisi kontrol

Lima posisi kontrol yang ada pada seorang guru, yaitu : penghukum, pembuat merasa bersalah, teman, pemantau, dan manajer. Dari kelima posisi kontrol tersebut, seorang guru diharapkan untuk mampu melaksanakan posisi kontrol sebagai manajer. Posisi control sebagai manajer akan mampu membimbing dan menuntun murid untuk mengubah identitas gagal menjadi identitas sukses.

Hal ini karena seorang guru mampu membimbing murid untuk dapat menjadi manajer bagi dirinya sendiri. Melalui langkah-langkah yang dilakukan guru, membuat murid merasa aman dan nyaman, serta tidak dipojokkan atau disalahkan ketika melakukan suatu pelanggaran atau kesalahan,  akan tetapi diberikan keleluasaan berpikir dalam menemukan solusi untuk bertanggung jawab terhadap kesalahan yang dilakukannya.

f. Segitiga restitusi

Segitiga restitusi merupakan langkah penyelesaian masalah dalam rangka mewujudkan disiplin positif yang memberikan rasa aman dan nyaman pada diri murid. Langkah-langkah yang dilakukan dalam segitiga restitusi adalah : menstabilkan identitas (memberi penguatan kepada murid bahwa kesalahan adalah hal yang mausiawi), validasi tindakan yang salah (murid mampu menyadari kesalahannya dan menemukan alasan mengapa melakukan tindakan tersebut), dan menanyakan keyakinan ( murid diberi kesempatan untuk menggali nilai-nilai yang diyakininya dan memikirkan solusi yang akan dilakukannya terhadap pelanggaran atau kesalahan yang sudah dilakukannya).

3. Ruang Kolaborasi

Ruang kolaborasi dilaksanakan secara virtual (tatap maya) dengan dipandu oleh Ibu Ida Rita Sumanti selaku fasilitator dan Para pengajar praktik yakni Bapak Sugi Hartono, dan Ibu Wahyuni. Ruang kolaborasi dibagi menjadi 2 bagian. Bagian pertama adalah diskusi dengan anggota kelompok. Bagian kedua adalah presentasi hasi diskusi kelompok. Dalam forum ruang kolaborasi, saya bersama rekan-rekan CGP diberikan kesempatan untuk berkolaborasi dan berdiskusi dalam kelompok untuk melakukan study kasus dan mempresentasikan hasilnya serta mendapatkan tanggapan dari kelompok lain.  Dengan adanya ruang kolaborasi ini, saya dan rekan-rekan CGP dapat lebih memahami dan mendalami suatu materi.

4. Demonstrasi Kontektual

Dalam demonstrasi kontekstual, saya dan rekan-rekan CGP mendapatkan tugas mandiri untuk membuat dua skenario penerapan segitiga restitusi. Saya membuat video penerapan segitiga restitusi bersama murid. Tugas yang saya buat dapat dilihat pada link :

https://youtu.be/hrgkbc06hsU

5. Elaborasi Pemahaman

Kegiatan elaborasi pemahaman dengan dipandu oleh instruktur nasional Bapak Nugroho Widi Pamungkas secara virtual (tatap maya) melalui Gmeet, dihadiri oleh seluruh CGP Lampung, para pengajar praktik, dan para fasilitator.

Sebelum dilakukan Elaborasi pemahaman, saya dan rekan-rekan CGP diberikan tugas mandiri untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat dibahas pada waktu pelaksanaan tatap maya tersebut. 

6. Koneksi Antar Materi

Pada koneksi antar materi, saya mendapatkan tugas untuk mengaitkan materi-materi yang sudah didapatkan sebelumnya pada modul 1.1 filosofi pemikiran KHD, modul 1.2 nilai dan peran guru penggerak, dan modul 1.3 visi guru penggerak, dengan modul 1.4 budaya positif.

Tugas saya buat dalam bentuk video yang kemudian saya unggah ke kanal youtube dan link nya kemudian saya sematkan di lms.

7. Aksi Nyata

Aksi nyata berisi pemahaman saya mengenai budaya positif yang kemudian saya terapkan secara nyata. Dimulai dengan pembentukan keyakinan kelas, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan diseminasi penerapan budaya positif kepada rekan-rekan guru di sekolah saya.

Kegiatan ditutup dengan post test modul 1.4 yang dilaksanakan pada  hari senin, 17 Juli 2023.

Feelings (Perasaan)

Perasaan saya bercampur aduk selama menmpelajari materi modul 1.4 tentang budaya positif, ada rasa senang dan termotivasi, namun juga kaget dan penasaran. Senang karena mendapatkan banyak tambahan ilmu dan pemahaman yang sebelumnya belum pernah saya dapatkan. Dan saya juga termotivasi ingin lebih memahami materi tersebut sehingga dapat menerapkan dalam pembelajaran di sekolah/kelas. Saya ingin memberikan yang terbaik yang saya pahami bagi murid saya. Akan tetapi saya juga merasa kaget dengan adanya pemahaman baru tentang teori motivasi. Selama ini saya menganggap bahwa untuk dapat mendisiplinkan murid dapat dilakukan dengan memberikan perlakuan yang seimbang antara reward (penghargaan) dan punishmen (sanksi/hukuman). Saya memaknai hukuman sama dengan sanksi.

Ternyata setelah mempelajari modul ini, bahwa hukuman berbeda dengan sanksi atau konsekuensi. Bahkan menurut Alfie Kohn (Punished by Rewards, 1993, wawancara ASCD Annual Conference, Maret 1995) mengemukakan bahwa baik penghargaan maupun hukuman adalah cara-cara mengontrol perilaku seseorang yang menghancurkan potensi untuk pembelajaran sesungguhnya. Bahkan dikatakan bahwa penghargaan dapat dikatakan sebagai hukuman karena dengan menjanjikan hadiah/penghargaan kita telah berasumsi bahwa mereka tidak dapat melakukannya.

Saya menjadi penasaran untuk lebih mempelajari dan memahami lagi materi ini sehingga saya dapat menerapkannya di sekolah/kelas dengan baik. Saya merasa bangga telah menjadi bagian dari guru yang berkesempatan mempelajari materi tentang budaya positif ini meski harus banyak belajar lagi terutama dalam hal memberikan motivasi dan keteladanan kepada murid.

Findings (Pembelajaran)

Dengan materi budaya positif pada modul 1.4 ini, memacu semangat saya untuk terus belajar sepanjang hayat agar saya dapat memberi motivasi dan menjadi teladan bagi murid saya dalam mewujudkan budaya positif di lingkungan sekolah/kelas.

Saya juga akan terus berkolaborasi dengan warga sekolah untuk menumbuhkan budaya positif tersebut sehingga suasana sekolah/kelas terasa aman, nyaman, dan menyenangkan. Dalam modul 1.4 budaya positif ini banyak materi dan pemahaman yang telah saya dapatkan, yakni :

- Disiplin positif dan nilai-nilai kebajikan

- Teori motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan, Restitusi)

- Keyakinan kelas

- Lima kebutuhan dasar manusia

- Lima posisi control seorang guru

- Segitiga restitusi

Future (Penerapan)

Saya berharap setelah mempelajari ateri-materi budaya positif ini, saya akan dapat memperbaiki diri terus menerus, memberikan keteladanan bagi murid tentang pentingnya menumbuhkan nilai-nilai kebajikan dalam diri dan juga melaksanakan budaya positif secara kontinyu dalam pembelajaran di kelas.

Sebagai seorang guru saya juga akan terus belajar memahami murid, menyelami kebutuhan-kebutuhan mereka, potensi yang ada pada diri mereka, agar dapat menerapkan merdeka belajar bagi mereka sehingga pembelajaran dapat dilakukan dengan aman, nyaman, dan menyenangkan. Berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk dapat mewujudkan profil pelajar pancasila (beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha esa, berkebhinekaan global, mandiri, bergotong royong, kreatif, dan bernalar kritis).

Demikian jurnal refleksi dwi mingguan yang saya buat, semoga bermanfaat.  

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun