Selain itu, Google juga memiliki cara pencarian yang lebih spesifik menggunakan 'advance search '. Teknik ini mungkin sudah diketahui banyak orang.
Kedua, kami juga dikenalkan mesin pencari yang lain seperti DuckDuckGo dan Bing. Saat itu kami fokus pada DuckDuckGo yang logonya bergambar bebek. Alat ini membuat kita mudah mengakses situs berita tanpa diganggu iklan yang biasa muncul dari berbagai sisi.
Ketiga, kami belajar penggunaan alat bantu Visualping. Alat ini berguna untuk memantau perkembangan informasi dari website tertentu.
Keempat, kami mendalami cara penggunaan Google Trends. Alat bantu ini bagus untuk mengetahui apa saja kata kunci yang sering dicari penggunaan internet.
Kelima, Google Shcolar atau Cendikia. Alat bantu ini bermanfaat untuk menelusuri sumber hasil penelitian untuk melengkapi sebuah liputan. Analisis laporan jurnalistik juga perlu didukung dengan data hasil penelitian termutakhir.
Keenam, kami belajar memaksimalkan fungsi Pinpoint. Dari sekian banyak manfaat alat bantu ini, ada satu yang membuat kami terpukau, yaitu kemampuannya melakukan transkripsi rekaman audio dengan hasilnya yang presisi.
Ketujuh, kami belajar juga penggunaan Flourish. Ini alat bantu yang memungkinkan jurnalis menampilkan data dengan gambar atau grafik yang selain informatif, tapi juga sangat menarik untuk dilihat.
Kedelapan, kami mencoba keajaiban baru yang ditunjukkan chatGPT. Sebagai AI, ia memang cerdas dan dapat membantu wartawan dalam urusan mengedit tulisan dan sebangsanya.
Setelah mempelajari 8 alat bantu tersebut, saya makin ragu dengan relevansi idiom 'kuli tinta' bagi jurnalis maupun penulis pada era sekarang dan masa mendatang. Mungkin selanjutnya bisa diganti kuli digital atau kuli yang lain. Mungkin Anda ada usul?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI