Kegiatan itu diperuntukkan untuk jurnalis dan saya adalah perawat, kenapa bisa bergabung?
Ceritanya agak panjang, tapi sejak dulu saya memiliki obsesi menjadi penulis. Keinginan itulah yang membuat saya belajar autodidak bagaimana cara menulis, termasuk coba merambah jenis tulisan/produk jurnalistik.
Saya kemudian dipercaya oleh orang organisasi profesi perawat, Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) wilayah NTT, untuk mengelola website ppnintt.org yang telah berjalan satu tahun lebih.
Di sana saya bekerja mirip-mirip wartawan. Hanya saja lingkup kerjanya kecil dan berfokus pada kegiatan organisasi dan perawat pada umumnya.
Ketika mendaftar kegiatan yang dimentori Irfan dan Balqis itu, saya tulis saja pengalaman mengelola media informasi PPNI NTT tersebut. Kabar baiknya, saya dibolehkan ikut.
Maka pada saat pelatihan itu berlangsung, saya senang bisa ada di antara jurnalis NTT lain. Mereka berasal dari media-media yang cukup saya kenal reputasinya.
Alat Bantu Digital untuk Jurnalis/Saya sudah terlalu panjang menceritakan latar belakang tulisan ini, kini sebaiknya kita masuk pada tujuan utamanya. Saya juga ingin berbagi informasi, meski hanya sepintas lalu, tentang apa yang saya dengar dari pelatihan tersebut.
Saat itu diperkenalkan berbagai perkakas (tools) yang semuanya berbasis digital, atau teknologi artificial Intelligence (AI), untuk memudahkan kerja wartawan. Mulai dari urusan peliputan, pencarian referensi, pengolahan sumber informasi dan data, sampai pada urusan menampilkan data dengan cara yang menarik.
Berikut ini saya ringkas untuk Anda beberapa perkakas penulis yang dimaksud. Saya memang tidak menjelaskan hingga detail, tapi setidaknya informasi ini akan membawa Anda pada petualangan tahap belajar berikutnya.
Pertama, cara mencari informasi di Google. Ini sepertinya sudah diketahui banyak orang. Tapi, ada beberapa trik memasukkan kata kunci yang membuat hasil pencarian Anda makin presisi--sesuai kebutuhan tanpa diganggu informasi atau sumber yang tidak perlu.