Prinsip Dasar Menjadi Investor
Baik, ini kesempatan yang pas buat saya untuk menjelaskan kenapa belum jadi investor. Sebenarnya jadi investor itu terbilang, sebab saham atau surat berharga negara tadi dijual sangat terjangkau per lembarnya. Hanya dengan seratus ribu rupiah, kita sudah bisa beli satu lembar saham.
Tapi, dari apa yang saya pelajari, ada dua prinsip dasar yang perlu dipertimbangkan terlebih dahulu. Dan dua pertimbangan ini menentukan akan membentuk mental kita sebagai investor yang baik.
Pertama, saya ingat betul apa yang BEI NTT ajarkan saat itu, bahwa kalau ingin berinvestasi harus menggunakan uang 'tidur' atau dana lebih. Anjurannya ambil 10% dari pendapatan bulanan.
Jadi, meskipun ada emiten yang dinilai aman dan menguntungkan, kita tidak boleh grasah-grusuh membelinya. Apalagi sampai berutang pada orang demi dengan harapan segera mendapat keuntungan dari investasi.
Menurut para investor senior, investasi sebaiknya menggunakan 'uang tidur' atau dana lebih tadi. Maksudnya uang yang kalau hilang--ini hanya misalnya mendapatkan kondisi terburuk--kita masih bisa hidup normal. Masih ada tabungan atau pemasukan lain untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Kedua, mental seorang investor juga tidak bisa mengharapkan keuntungan dalam waktu sekejap. Investasi itu selalu bermakna untuk persiapan jangka panjang. Minimal 15 tahun atau lebih baru bisa memanen keuntungan.
Jadi, menurut saya, dua prinsip itu yang harus dipahami dan ditanamkan baik-baik sebelum memulai berinvestasi. Saya sendiri belum memutuskan mulai berinvestasi saham atau SBN, karena belum ada 'uang tidur' memadai.
Secara umum, keuangan saya belum sempat tidur nyenyak, ia sudah harus dibagi ke mana-mana. Saya mungkin perlu mencari obat tidur yang mujarab untuk uang saya terlebih dahulu.