Bila kita memegang prinsip semua urusan diserahkan pada ahlinya, maka urusan kesehatan gigi dan mulut harusnya lebih percaya kepada dokter gigi. Tapi, apakah layanan dokter gigi ini mudah dijangkau?
Saya awali dengan cerita masa kecil terlebih dahulu. Ketika saya masih kelas 2 SD, kondisi kampung saya yang ada di Flores, Manggarai masih sangat terpencil. Jalannya masih berbatu dan listrik PLN belum ada.
Jika ingin ke puskesmas, kami harus berjalan kaki antara 30 menit sampai satu jam ke jalan utama. Dari situ kami naik angkutan umum bernama bemo dan di puskesmas kami harus mengantre lama.
Barangkali karena alasan rumitnya akses ke fasilitas kesehatan, khususnya dokter gigi, maka urusan kesehatan gigi dan mulut kami lakukan secara mandiri. Saya berterima kasih kepada perusahaan tapal gigi yang banyak memberikan edukasi lewat iklan komersial mereka.
Tadi saya menyinggung bahwa kampung saya waktu itu belum ada listrik PLN. Kabar baiknya, keluarga kami memiliki mesin listrik sendiri yang hanya dinyalakan antara pukul 6 sore sampai 9 malam.
Kami juga ada sebuah TV kecil ukuran 14 inch yang kami hidupkan selama generator listrik menyala. Dari situlah kami menyaksikan banyak tontonan, salah satunya iklan pasta gigi.
Sebenarnya di buku pelajaran anak SD juga ada informasi tentang pentingnya menggosok gigi. Kami mendapatkan informasi tentang berapa kali sebaiknya menggosok gigi dalam sehari; kapan sebaiknya menggosok gigi; dan bagaimana cara menggosok gigi.
Pelajaran dasar itu diperkuat lagi dengan iklan di TV. Dan pada saat tertentu, ketika iklan tapal itu muncul di layar TV, orang tua biasanya ikut menambahkan: "Itu to, mereka bilang apa. Harus rajin gosok gigi setelah makan dan malam sebelum tidur."
Saya biasanya mengiyakan saja demi ketenangan menonton TV yang waktunya sangat terbatas itu. Tapi pada praktiknya dalam kehidupan sehari-hari, kadang banyak bolongnya.
Kepala saya pernah ditoki kakak saya sendiri ketika kami berbicara agak dekat. Katanya dia jengkel karena mulut saya bau busuk. Tapi begitu saya cek, baunya biasa saja.