Saya mengatakan, apa yang dialami Gibran tentu saja dialami oleh anak-anak lain. Dan kegembiraan anak-anak itu sangat penting.
"Ini kegiatan sangat bagus, anak-anak bisa bermain sambil belajar," kata saya lebih lanjut.
Saya kemudian menjelaskan sedikit para ahli perkembangan anak. Bahwa dunia anak adalah bermain. Bahwa bermain itu bukan membuang waktu, tapi sebagai sarana belajar yang efektif buat anak. Bahkan dalam ilmu keperawatan yang saya pelajari, bermain juga diyakini sebagai terapi.
Karena itu, saya mewakili seluruh orang tua siswa menyampaikan terima kasih kepada pihak sekolah, yayasan, dan pihak lain yang mendukung terlaksananya kegiatan tersebut.
"Kalau bisa kegiatan seperti ini sering-sering dilakukan," kata saya mengakhiri kata sambutan itu.
Selanjutnya acara dilanjutkan dengan pementasan drumband, main bersama orang tua dan anak-anak, dan makan bersama. Setelah makan, anak-anak yang didampingi orang tua berenang selama kurang lebih 1 jam.
Kami kembali dan tiba di sekolah pukul 12 lewat sedikit. Dari sekolah kami menjemput Mamanya Gibran yang juga bersama Abran (Adiknya Gibran).
Saat hendak menuju ke rumah, Mamanya Gibran minta berhenti sebentar di minimarket. Ia yang sementara menggendong Abran masuk bersama Gibran ke dalam minimarket dan saya menunggu di parkiran.
Begitu mereka keluar, ada sebuah kantong berisi 3 es krim. Cuaca panas ekstrem seperti itu memang paling nikmat makan atau minum yang dingin-dingin. Tapi, saya juga agak terganggu dengan beberapa komentar orang tua yang selalu melarang anaknya mengonsumsi es.
"Jangan minum es, nanti kamu pilek," kurang lebih seperti itu.
Apakah kondisi batuk pilek atau infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) memang disebabkan karena mengonsumsi es? Karena tulisan ini sudah cukup panjang, nanti kita bahas pada tulisan berikutnya saja. Tapi kalau Anda punya pendapat, silakan tulis di kolom komentar. Terima kasih.