Karena alasan silau itulah, kami memutuskan untuk membeli kacamata hitam buat Gibran. Selama ini benda itu cukup membantu dan Gibran sudah terbiasa memakainya setiap hari.
Tapi anehnya, tepat pada hari yang memiliki agenda penting itu, ia malah hilang tiba-tiba. "Tadi saya masuk situ," kata Gibran sambil menunjuk ke arah kamar. "Terus ke sini," lanjutnya sambil menunjuk ke ruang tengah, "tapi di mana ya?"
"Mana?!" Mamanya bersuara tinggi. "Pokoknya cari sampai dapat!"
Gibran semakin bingung dan kelihatan mulai panik. Saya ikut bantu mencari di bawah kolong tempat tidur, di hampir setiap sudut rumah yang hanya berukuran 6x6 m itu, tapi tidak kunjung ketemu.
Mama Gibran terus mendesak, sebab ia tidak mau terlambat masuk kerja. Ia terus memarahi Gibran, sesekali mencubit lengan anak itu. "Pokoknya cari sampai dapat!" Ucapnya berulang-ulang.
Setelah lelah mencari dalam rumah, saya keluar menuju teras. Kacamata yang dicari itu ternyata tergeletak begitu saja di teras.
Akhirnya ketemu juga, Gibran tersenyum lega. Tensi kemarahan mamanya langsung turun, tapi ia tetap sempat mengomel, "Makanya barang itu simpan baik-baik!"
Kami sudah siap berangkat, tapi botol air minum belum siap. Ini juga persiapan yang tidak kalah penting. Apalagi saat cuaca sedang panas ekstrem, banyak cairan tubuh yang tersedot akibat penguapan. Karena itu, kami selalu mengantisipasinya dengan menyiapkan air minum dalam botol yang bisa dan aman untuk diisi ulang.
Masing-masing kami memiliki botol minum masing-masing. Kebiasaan ini sudah kami lakukan jauh hari sebelum kabar cuaca panas ekstrem dikeluarkan BMKG.
Kami menyadari, komposisi air dalam tubuh manusia termasuk dalam kategori yang paling banyak. Ketika asupannya sedikit tapi pengeluarannya banyak, maka bisa terjadi dehidrasi yang tentunya mengganggu kestabilan kinerja tubuh secara umum. Karena itu, kami selalu membantu botol air minum.
Setelah semuanya beres, kami bergegas ke tempat kerjanya Mama Gibran. Puji Tuhan, Mamanya Gibran melakukan presensi tepat waktu. Selanjutnya saya dan Gibran terus ke sekolahnya Gibran: TK Angkasa Kupang.
TK Angkasa berada dalam kompleks TNI Angkatan Udara El Tari Kupang. Sekolah itu berada di bawah Yayasan Ardhya Garini, khususnya Pengurus Cabang Lanud El Tari.