Saat ini saya perhatikan citra perusahaan itu makin buruk di mata masyarakat dan beberapa unit usahanya mulai macet. "Itu gara-gara perempuan selingkuhannya," kata teman saya lagi, ia tampak kesal dan kecewa.
Berkaca dari pengalaman itu, saya jadi mengerti alasan perusahaan besar yang tiap kali merekrut karyawan baru, mereka pastikan orang tersebut tidak ada hubungan khusus dengan karyawan lama.
Perusahaan bagus tentu saja membutuhkan karyawan yang bisa bekerja secara profesional. Istilah profesional dalam konteks ini merujuk pada orang yang memiliki kemampuan atau keterampilan khusus yang dibutuhkan untuk mengembangkan perusahaan. Ia direkrut karena kompetensi, bukan karena relasi.
Sebaliknya, ada juga beberapa kasus yang memperkerjakan orang dengan alasan atau motif hubungan emosional di baliknya. Hubungan emosional dalam konteks ini diartikan sebagai hubungan khusus yang melibatkan perasaan suka. Artinya, orang menerima lamaran kerja seseorang bukan karena kebutuhan kompetensi khusus dalam perusahaan, tapi ada niat membangun hubungan asmara.
Belum lama ini kita mendengar kasus pimpinan perusahaan di Bekasi yang sering mengajak karyawannya untuk 'staycation' di hotel. Ketika ajakan itu ditolak, maka kontrak kerja dihentikan.
Itu memang bukan kasus perselingkuhan. Tapi andai saja si perempuan tidak berani mengungkapkannya ke publik dan terpaksa mau dengan tawaran si bos yang ternyata sudah berkeluarga, bukankah itu awal perselingkuhan?
Dan dari kasus ini kita juga belajar, nasib si bos dan reputasi perusahaan yang dipimpinnya bisa dipastikan ikut merosot. Pendek kata, kasus perselingkuhan di tempat kerja itu sangat mungkin terjadi, tapi hal itu tidak hanya mengganggu produktivitas kerja, tapi juga bisa menghancurkan perusahaan secara keseluruhan.
Saya makin mengerti kenapa perusahaan besar dan memiliki reputasi yang baik, tidak ada kompromi jika ada karyawan yang berperilaku menyeleweng dari aturan. Perusahaan baik selalu membangun hubungan profesional dengan karyawannya, bukan hubungan emosional.
Maka ketika ada perusahaan atau lembaga yang merekrut karyawan lewat jalur "orang dalam", maka bisa dipastikan performa lembaga tersebut tidak bisa maksimal. Dan lambannya gerak roda organisasi kerja itu bisa disertai kasus murahan seperti perselingkuhan, pelecehan, dan sebagainya.
Kenapa orang bisa selingkuh di tempat kerja? Mungkin karena sering dekat, tapi ini bukan jawaban yang pasti. Orang yang paling tahu alasannya adalah para pelaku. Entah karena rasa vanila, mango, dan nano-nano yang ramai rasanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H