Dengan panik, Joko mencari-cari file yang benar, tapi waktu terus berjalan. Suara langkah kaki terdengar semakin ramai di luar, menandakan klien sebentar lagi tiba.
"Aduh, kenapa bisa begini?!" gumam Joko sambil membuka folder demi folder di komputer, namun semua file tampak seperti berantakan. Tidak ada satu pun file presentasi proyek yang bisa ia temukan.
Ketika ia hampir menyerah, tiba-tiba Tatang muncul di belakangnya, menyeringai. "Eh, Jo, lo lagi cari presentasi yang bener?"
Joko menoleh dengan panik. "Tatang, tolong, file presentasi proyek yang benar di mana? Gue harus presentasi ke klien sebentar lagi!"
Tatang menahan tawa, lalu menarik flashdisk dari kantongnya. "Tenang, bro, gue udah backup semuanya. Ini presentasi yang lo butuhin."
Joko menatap Tatang seolah pria itu adalah pahlawan yang turun dari langit. Dengan cepat, ia mencolokkan flashdisk itu ke komputernya dan membuka file yang benar. Presentasi proyek akhirnya muncul di layar, lengkap dan rapi.
"Terima kasih, Tatang!" seru Joko dengan lega.
Namun, saat itu juga, Pak Budi tiba-tiba muncul dari balik pintu ruang kerja Joko. "Joko, kliennya sudah datang. Kamu siap, kan?"
Joko tersenyum canggung, "Siap, Pak!"
Sambil membawa laptop dan mencoba menutupi rasa khawatirnya, Joko melangkah menuju ruang rapat, diiringi Pak Budi yang menatapnya dengan penuh harap.
Begitu masuk ke ruang rapat, Joko langsung merasakan ketegangan. Klien yang datang ternyata bukan sembarang orang; mereka adalah investor dari luar negeri, lengkap dengan setelan jas mahal dan wajah serius. Semua mata tertuju padanya.