Ā Ā Pernah belajar, melalui masa sulit yang terasa tak akan pernah terukir. Memaksa maju menuju kemustahilan.
Ā Ā Hukuman sesungguhnya tiba, ternyata apa yang diupayakan tak ditakdirkan. Dikira bisa ternyata tidak.Ā
Ā Ā Memangkas alur panjang nan penuh juang. Meneladani siapa siapa yang sudah menapaki jalan terjal itu.
Ā Ā Menahan diri dari emosi, memudar bersama usia, tekad yang runtuh, batasan yang menjulang.
Ā Ā Semua kan usang tanpa disebutkan dengan kata yang terangkai seindah apa pun. Medali akan tersingkir dengan mati.
Ā Ā Perlahan, namun pasti. Mendayung suara bersama, ketika yang dicitakan diupayakan tak tercapai.
Ā Ā Itulah seberat-berat hukuman. Khayalan tinggal lah kahayalan. Menilik ulang atas dasar apa melangkah ke sana.
Ā Ā Makin hari, makin menjadi-jadi. Yang semula biasa sudah mengkeladi bersama keadaan. Lupa kita sedang di mana?
Ā Ā Di Tanah orang, yang kita hanya tamu semata. Lupa menguasai. Mencengkram malu, menggeliat seolah penduduk asli.
Ā Ā Benar-benar tak habis pikir. Ternyata, bertingkah sesuka hati, setelah dikasih hati menjadikan diri semakin angkuh.
Ā Ā Pendatang yang selalu membantah peringatan yang datang. Berdalih "Aku datang hanya untuk belajar."
Ā Ā Malu terbelah tak tentu arah. Berlarian entah ke mana, memang lari lah kerjanya. Ketika dibantah, dikira dengki.
Ā Ā Pendatang congkak yang tak mau tahu diri. Pergi ke Tanah orang, bertingkah bukan sebagai pendatang.
Ā Ā Acuh, abai, marah, benci kepada setiap peringatan yang datang. Inginnya bertindak sesuka hati sampai mati.
Ā Ā *
RTD. Selasa 24 Jan 2023, 17:36, halub
Ā
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H