Mohon tunggu...
Suhadi Sastrawijaya
Suhadi Sastrawijaya Mohon Tunggu... Penulis - Suhadi Sastrawijaya

Suhadi Sastrawijaya penulis berdarah Jawa- Sunda. Hobi membaca terutama buku-buku sastra dan sejarah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ibu, Engkaulah Mentari Yang Tak Pernah Terbenam

23 Desember 2022   10:17 Diperbarui: 23 Desember 2022   10:24 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibu, Engkaulah Mentari Yang Tak Pernah Terbenam

Karya: Suhadi Sastrawijaya

Dalam sepi  mengunci

Aku menyendiri

Kutengadahkan wajah pada malam yang lelah

Aku melangkah perlahan

Kuhampiri  sesesok paru baya itu

Aku bertanya padanya

siapakah orang pertama yang harus aku sayangi?

Dia berkata: Ibumu.

Kemudian bayangan itu lenyap ditelan malam

Aku terjaga,

aku teringat tentang dia

dialah ibuku, yang ikhlas merawat dan menjagaku.

Ibu, kaulah matahari di sanubari

Perlahan bibir ini bergetar mengucap sendu sedan doa

Linangan bening tercurah perlahan

Tuhan,  seberapa sering aku menyakitinya

dialah ibuku yang tanpa  pamrih mengasihiku

Dalam setiap deru nafas dan detak jantungnya

adalah cinta untuk anak- anaknya

Sebening telaga senyum sapanya

Secerah cahaya tatap matanya

Dilukisan malam itu

aku mebalik- balik kanfas masalaluku

Disaat aku masih dalam pangkuanmu, ibu

Diantara tidur dan terjaga engkau mengiringiku dengan doa- doa.

Tak pernah lelah engkau memberikan kasih dan sayangmu, ibu.

Ketika aku sakit, engkau tetap sabar merawatku

Doa- doa malammu senantiasa mengiringi setiap langkahku

Ibu, ketulusan dan cintamu tak bisa diukur oleh kemilaunya emas dan permata

Sampai  saatnya mentari meninggi

Aku berpamit padamu, ibu

meninggalkan engkau sendiri

Untuk mengarungi dunia masa depanku

Sampi ku kembali padamu disenja kala

Aku bertemu sesosok wanita tua yang renta

Dia terkulai lemah dan sakit.

Tuhan,  betapa berdosanya aku

Membiarkan dia menahan sakit sendiri

Diakhir senja ini

Diantara rona lembayung yang memerah jingga

Izinkanlah hamba 'tuk memohonkan doa pada-Mu, untuk ibu

Ibu, aku datang padamu

Izinkanlah daku 'tuk menjaga dan merawatmu

Seperti yang aku impikan selama ini.

Terimakasih atas semua kasih sayangmu ibu,

Ibu, kaulah mentariku  yang tak pernah terbenam     

Patia 21 Desember 2013

#Puisiku, Koleksi Puisi Suhadi Sastrawijaya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun