Misalnya dalam kitab kejadian, Adam ketika ditegur Tuhan karena memakan buah terlarang itu ia menuding hawa  yang membujuk makan buah,  lalu Hawa  malah menuding ular. Yang padahal Ular sendiri sebenarnya tidaklah salah karena ia sendiri dirasuki oleh Iblis. Namun  dalam Al-Qur'an Adam langsung memohon ampun pertaubatan kepada Tuhan.Â
Secara kesatria ia mengakui kesalahannya. Karena jika kita pikir, mengapa harus melemparkan kesalahan kepada  ular ataupun Iblis yang membujuk, bukankah mereka hanya membujuki saja. Yang menentukan kehendaknya kamu sendiri, kan? Bukannya malah lempar lemparan tuduhan seperti itu.
Nah maka dalam Al-Qur'an ini sifat Adam menunjukkan seorang kesatria yang bertanggung jawab atas kesalahannya bukan melemparkan tuduhan kepada sang pembujuk, karena pada dasarnya ialah yang salah mau mengikuti apa yang dikatakan si pembujuk itu.
Selain itu Al-Qur'an juga syarat akan etika dan estetika dalam penyampaian kisah umat terdahulu. Berbeda dengan kitan perjanjian lama yang tidak memperhatikan aspek ini. Lantas jika begitu mengapa Al-Qur'an masih memiliki kisah cerita yang mirip dengan perjannjian lama meskipun sudut pandang, cara penceritaan, peristiwa dan pelukisan watak tokohnya berbeda?Â
Adalah sesuatu yang wajar. Karena pada dasarnya kitab-kitab agama samawi terdahulu dan Al-Qur'an adalah berasal dari tuhan yang sama, yaitu Allah Swt. Â Namun kehadiran Al-Qur'an bertindak sebagai pengoreksi kitab-kitab terdahulu yang telah disimpangkan dan kehadiran Islam adalah sebagai penyempurna ajaran para Nabi terdahulu.
Dewasa ini ayat-ayat Al-Qur'an telah banyak mengonfirmasi fakta-fakta ilmiah. Di mana sebelumnya Selama berabad-abad bukti  ilmiah ini belum diketahui  karena masih terbatasnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun apa yang ditemukan sains hari ini ternyata  sudah disinggung oleh Al-Qur'an 14 abad yang lalu. Misalnya saja ayat 125 surat Al-An'am menarasikan begini:
 "Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah  menjadikan dadanya sesak lagi sempit,  seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman." (QS Al-An'am: 125).
 Hal yang menarik dari ayat ini adalah menyebutkan  jika mendaki langit dapat membuat dada sesak dan sempit. Ternyata para ilmuwan modern menemukan fakta bahwa oksigen semakin ke atas semakin berkurang kadarnya dan tentu saja orang-orang yang menaiki wahana penerbangan akan merasakan sesak nafas dan dadanya terasa pengap karena kekurangan oksigen. Maka hal ini mereka harus dibantu denga tabung oksigen yang dibawa sebagai perbekalan.Â
Selain itu banyak fakta-fakta ilmiah lainnya di Al-Qur'an yang sudah terungkap para ilmuwan misalnya, tentang rotasi bumi, kabut nebula, embriologi, dan lain sebagainya. Maka dengan melihat fakta ini adalah mustahil jika Al-Qur'an adalah karangan nabi Muhammad. Bagaiman mungkin seorang  yang tidak bisa baca tulis dan hidup di pedalaman tanah Arab yang masyarakatnya awam ilmu sains  tahu akan banyak hal fakta ilmiah .Â
Ini tentu bukanlah sebuah cocokologi seperti yang dituduhkan orang-orang pembenci Islam. Karena bagaimana mungkin seorang Nabi Muhammad yang tinggal dipedalaman Arab yang jauh dari laut dan hidup bersama masyarakat yang bukan pelaut tahu terhadap dua lautan yang airnya menyatu namun tidak bercampur sebagaimana dalam QS. Ar Rahman 19-20, atau tentang api di dasar lautan di surat yang lain. Nah hal ini jelas menunjukkan jika pengetahuan beliau berasal dari Allah. Â Tuhan pencipta alam yang maha tahu segala sesuatunya.
Mengacu kepada Hal inilah mengapa Al-Qur'an dianggap sebagai mukjizat yang abadi. Â Saat di masa-masa awal turun Al Qur'an sudah berhasil meruntuhkan reputasi para penyair Arab karena diksi Al-Qur'an lebih bagus dari syair apapun yang dimiliki bangsa Arab. Lalu setelah memasuki abad modern saat manusia lebih banyak menuntut rasionalitas dan keilmiahan maka lagi-lagi Al-Qur'an membuat takjub banyak ilmuwan.Â