Tapi jika diperhaatikan secara seksama ternyata keduanya  sangat berbeda, baik secara redaksi, sudut pandang,  pelukisan watak tokohnya maupun peristiwa ceritanya.Â
Esensi dari Al-Qur'an memang bukanlah buku sejarah, jadi  kisah-kisah terdahulu  tidak  harus dicritakan secara mendetail. Namun  Al-Qur'an  mengisahkan kisah-kisah para Nabi terdahulu beserta kaumnya  lebih kepada penekanan  pesan moral dan hikmah pembelajaran kehidupan untuk umat manusia sekarang.Â
Dalam kisah-kisah itu dicaantumkan peringatan kepada manusia tentang betapa mengerikannya kehancuran orang-orang zalim di masa lalu dan kita harus menghindari perbuatan-perbuatan buruk yang dilakukan orang-orang terdahulu itu agar kita beruntung.Â
Redaksi-redaksi peringatan Tuhan dan pesan moral dalam kisah-kisah terdahulu sangat kental dalam Al-Qur'an. Hal semacam ini tidak ditemukan dalam kitab Perjanjian Lama terutamanya dalam kitab kejadian yang merupkan uraian sejarah detail kisah-kisah para nabi terdahulu.
Jika kita mencermati sebuah karya sastra, sebuah karya sastra bisa dianggap sebagai karya yang bernilai tinggi jika pesan moral yang sampaikan sangat bagus, dimana pesan moral ini merupakan bagian dari amanat yang merupakan unsur intrinsik karya sastra.Â
Sebuah karya sastra saja disyaratkan memiliki pesan moral  yang bagus, apalagi sebuah kitab suci haruslah memiliki pesan moral yang lebih baik dari karya sastra itu sendiri.  Dan Al-Qur'an memenuhi hal ini.Â
Belum lagi dari segi kebahasaan dan sifat kepuitisannya Al-Qur'an lebih indah dari syair manapun yang pernah dikarang seorang pujangga. Karena di masa-masa awal Al-Qur'an turun, dengan cepat ia membuat kehebohan di seantero kota Mekah. Para penyair hebat tanah Arab saat itu  dibuat takjub, karena syair-syair indah yang mereka karang tak ada apa-apanya dengan keindahan Al-Qur'an.Â
Lantas Rasulullah dituduh  melakukan sihir. Karena  kata-kata yang keluar dari mulutnya tak bisa ditandingi keindahan  bahasanya oleh siapapun. Tuduhan mereka  ini diabadikan dalam Al-Qur'an surat Al Mudatsir ayat 24:
"Lalu dia berkata, "(Al-qur'an ) ini hanyalah sihir  yang dipelajari  (dari orang-orang dahulu)"Â
Andaipun yang keluar dari mlut Rasulullah adalah  sihir , tentu  seiring waktu akan ada orang yang bisa menandinginya. Namun  kenyataannya tak pernah ada yang bisa menyamai keindahan Al-Qur'an.
Sebeagaimana yang dibahas di atas, bahwa Al-Qur'an  ada perbedaan dalam sudut pandang dan pelukisan watak tokoh kisah terdahulunya  dengan kitab perjanjian lama.