Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Merawat Gigi-Mata-Organ Intim pada Masa Yold

9 Februari 2022   11:21 Diperbarui: 9 Februari 2022   11:27 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image caption - drg Laksmi Widyastuti, pembicara pertama reuni virtual Tld'73 Wasibarat - dokpri Setyo Triyono

Pembicara kedua yaitu dokter Endro Pranoto, yang membahas seputar Kesehatan Mata para Young Old. Ia merupakan seorang dokter spesialis mata yang lama bertempat tinggal di Mataram -- Nusa Tenggara Barat (NTB).

Menurut dokter Endro, kondisi mata seiring dengan bertambahnya umur akan semakin berkurang kemampuannya. Mata yang semula normal akan berubah menjadi mata minus, plus, dan/atau silindris. Tiap kondisi itu ada keluhan dan ketidaknyamanannya masing-masing. Maka diperlukan alat bantu, yaitu kacamata. Diperlukan perawatan yang baik dari asupan makanan, dari kebiasaan menonton tv-menggunakan smartphone-membaca, dan olahraga, dan sebagainya.

Masih beruntung mata yang sekadar berkurang fungsinya. Sebab bisa jadi mata terkena penyakit sehingga memerlukan penangaan medis yang tidak mudah dan tidak pula murah. Katarak salah satunya. Paparan sinar matahari terus-menerus pada masa muda, karena berbagai aktivitas yang tak terhindarkan, penyebab gangguan itu.

Disela-sela kegiatan sebagai spesialis mata di rumah sakit, Dokter Endro juga aktif mengikuti banyak ikut kegiatan bakti sosial (baksos) dalam pengobatan katarak. Bukan hanya di kawasan Lombok Timur, bahkan sampai di berbagai provinsi  di Indonesia.

Ia pernah mengikuti tim baksos ke Ambon, Banjarmasin, Manado, Maluku Barat Daya, Bajawa (NTT) sampai Sabang. Baksos operasi katarak gratis. Kegiatan itu didukung sebuah NGO dari Australia, yaitu John Fawcett Foundation.

Aktivitasnya mengikuti baksos pada awalnya memunculkan rasa khawatir. Was-was bila dengan pengobatan gratis itu bakal mengurangi jumlah calon pasiennya. Dugaannya keliru.

Aktitas sosial yng dilakukannya dengan ikhlas itu justru membuat namanya lebih dikenal orang. Sampai-sampai ia kuwalahan melayani banyaknya pasien-pasiennya.

Hanya saja ia terkendala masalah bahasa setempat. Bahasa Sasak beda sekali dibandingkan dengan Bahasa Jawa dan Indonesia yang selama digunakannya. Banyak dinatara warga tidak faham Bahasa Indonesia. Untung ada asisten dokter yang orang Sasak, bisa menjadi penterjemah. Tetapi dengan mempelajarinya sedikit demi sedikit, dokter Endro sudah bisa bahasa Sasak.

Image caption - dr Endro Pranoto, SpM pada Baksos pemeriksaan mata dan operasi katarak, bersama JFF dan PT Sumbawa Timur Mining, di Dompu, 2017 - dok
Image caption - dr Endro Pranoto, SpM pada Baksos pemeriksaan mata dan operasi katarak, bersama JFF dan PT Sumbawa Timur Mining, di Dompu, 2017 - dok

Pilihan menjadi dokter spesialis mata bagi Dokter Endro hanya kebetulan saja.  Setelah menjadi dokter umum keinginannya mendalami spesialisasi. Tidak ada pilihan tertentu. Yang penting menjadi dokter spesialis. Hingga akhirnya spesialis mata dipilihnya. Dan rupanya pilihan itu membuatnya sangat nyaman.

Selain bekerja di rumah sakit dan menjadi relawan dalam banyak kegiatan baksos, Dokter Endro Pranoto juga menjadi dosen di Fak Kedokteran di Unizar -- Mataram, sampai sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun