Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Merawat Gigi-Mata-Organ Intim pada Masa Yold

9 Februari 2022   11:21 Diperbarui: 9 Februari 2022   11:27 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image caption - Peserta zoom meeting Alumni SMAN 1/Tld'73 Wasibarat ttg sehat dan bahagia pada masa Yold (6/2/22)- dokpri Setyo Triyono

Usia boleh terus merambat naik, tapi semangat menjaga dan merawat kesehatan tidak boleh menurun. Bagi kamu muda, terlebih bagi para senior, yang belakangan disebut pula sebagai kaum Young Old atau Yold.

*

Pertemuan sesama rekan SMA satu angkatan, yang sudah purna tugas maupun yang masih aktif-produktif-penuh inisiatif kali ini, kekeuh memanfaatkan fasilitas "zoom meeting". Reuni, kangen-kangenan untuk sekadar ngobrol dan berbagi nasihat alakadarnya.

Tampak muka, dan terdengar suara, dan terasa suasananya; tapi terpisah jarak. Peserta 42 orang, dari sekitar 52 orang pendaftar. Sebagian besar dari Jabodetabek. Selebihnya tinggal di kota-kota lain, termasuk dari Pasuruan dan Mataram-NTB.

Tema kali ini Sehat dan Bahagia pada Masa Yold  (Young Old), alias remaja kolot. Kami teman satu angkatan 1973 dari sebuah sekolah menengah atas negeri di Yogyakarta. Jadi umur kami antara 65-66 tahun.

Tiga pembicara dalam reuni virtual kali ini sudah didapuk sebulan lalu. Ketiganya yaitu drg. Laksmi Widyastuti; dr. Endro Pranoto, SpM; dan dr Yuslam Edi Fidianto, SpOG.

Tema gigi-mata-organ intim bagi lansia sama-sama menarik untuk dibahas dan perlu. Dan seperti sinyalemen moderator, Widyarka Ryananta, tema "intim" paling ditunggu peserta.

*

Dokter gigi Laksmi Widyastuti mengawali bahasan mengenai "Merawat Kesehatan Mulut dan Gigi", khususnya bagi orang-orang yang sudah memasuki masa Yold (Young Old) atau usia emas.

Untuk merawat gigi kita harus rajin memperhatikan makanan dan minuman yang dikonsumsi setiap hari. Jauhi makanan yang lengket-lengket, dan manis. Ganti dengan buah-buahan, banyak minum dan berkumur agar gigi bersih dari sisa makanan. Gosok gigi dengan gerakan ke atas - ke bawah. Bukan mendatar.

Kondisi gigi buruk berpengaruh pada keseimbangan fungsi mulut. Kelancaran dan kejelasan saat bicara bisa terganggu. Penampilan dan rasa percaya diri pun tak jarang dipengaruhi kondisi gigi.

Menengok awal karier. Begitu lulus dari FKG UGM Yogyakarta pada 1982, Laksmi Widyastuti langsung mendaftar ke Kemenkes. Diterima, dan di ditempatkan pada sebuah Puskesmas di wilayah Kabupaten Sleman. Begitulah, setiap dokter baru mengawali karier kedinasannya.

Letak Puskesmas itu dekat pasar. Tak pelak pasien pun sebagian besar para bakul (pedagang) pasar. Untuk tindakan medis setelah disuntik pasien disuruh menunggu beberapa saat agar obat untuk kekebalan bekerja. Setelah beberapa saat pasien dipanggil, ternyata sudah tidak ada. Menghilang, dan harus dicari-cari. Rupanya mereka tak rela meninggalkan dagangannya meski sebentar. Lama-kelamaan Laksmi terbiasa kebiasaan itu. Terlebih saat hari pasaran, yaitu Wage, antrian panjang.

Image caption - drg Laksmi Widyastuti, pembicara pertama reuni virtual Tld'73 Wasibarat - dokpri Setyo Triyono
Image caption - drg Laksmi Widyastuti, pembicara pertama reuni virtual Tld'73 Wasibarat - dokpri Setyo Triyono

Dua tahun saja berdinas di Puskesmas, pada 1985 Laksmi pindah ke Jakarta, dan ditempatkan di klinik DPR RI. Ia menggantikan dokter gigi yang akan pindah Kalimantan mengikuti tugas suami.

Agak grogi awalnya. Dari semula melayani rakyat jelata, dengan peralatan sederhana ala Puskesmas. Mendadak harus melayani anggota Dewan yang terhormat beserta keluarga mereka, menggunakan peralatan canggih.

Meski masa reses, jumlah pasien antara 20 sampai 30 pasien. Bahkan pernah 40 pasien.  Tiga dokter gigi melayani. Maklumlah, yang dilayani anggota dan pegawai DPR serta keluarga inti mereka, juga staf ahli dan sekretaris anggota DPR.

Seiring berjalannya waktu ia menjadi terbiasa. Para bapak dan ibu anggota Dewan ternyata ramah-ramah. Tidak segarang saat di ruang sidang maupun di layar tv.

Ia yang semula tidak suka politik harus membiasakan diri. Lama-kelamaan paham dan mampu mengikuti isi pembicaraan mereka. Yang tak habis diheraninya, kenapa setiap hendak tampil d layar tv mereka minta karang giginya dibersihkan. Padahal belum lama hal serupa sudah dilakukan. Aneh tapi nyata.

Jabatan terakhir Laksmi Widyastuti sebagai Kepala Bagian ( Kabag) Pelayanan Medis / Kepala Poliklinik. Ia pensiun pada 2016. Tapi pekerjaan lain segera diembannya, yaitu sebagai pengurus di TP PKK Pusat dibawah Kemendagri. Tidak digaji, tetapi tugasnya menyenangkan yaitu keliling ke berbagai provinsi untuk melatih para kader PKK. Sejak 2008 ia menjadi relawan Tzu Chi Internasional Medical Acosiation ( TIMA), di bawah Yayasan Bhudha Tzu Chi Indonesia.

*

Pembicara kedua yaitu dokter Endro Pranoto, yang membahas seputar Kesehatan Mata para Young Old. Ia merupakan seorang dokter spesialis mata yang lama bertempat tinggal di Mataram -- Nusa Tenggara Barat (NTB).

Menurut dokter Endro, kondisi mata seiring dengan bertambahnya umur akan semakin berkurang kemampuannya. Mata yang semula normal akan berubah menjadi mata minus, plus, dan/atau silindris. Tiap kondisi itu ada keluhan dan ketidaknyamanannya masing-masing. Maka diperlukan alat bantu, yaitu kacamata. Diperlukan perawatan yang baik dari asupan makanan, dari kebiasaan menonton tv-menggunakan smartphone-membaca, dan olahraga, dan sebagainya.

Masih beruntung mata yang sekadar berkurang fungsinya. Sebab bisa jadi mata terkena penyakit sehingga memerlukan penangaan medis yang tidak mudah dan tidak pula murah. Katarak salah satunya. Paparan sinar matahari terus-menerus pada masa muda, karena berbagai aktivitas yang tak terhindarkan, penyebab gangguan itu.

Disela-sela kegiatan sebagai spesialis mata di rumah sakit, Dokter Endro juga aktif mengikuti banyak ikut kegiatan bakti sosial (baksos) dalam pengobatan katarak. Bukan hanya di kawasan Lombok Timur, bahkan sampai di berbagai provinsi  di Indonesia.

Ia pernah mengikuti tim baksos ke Ambon, Banjarmasin, Manado, Maluku Barat Daya, Bajawa (NTT) sampai Sabang. Baksos operasi katarak gratis. Kegiatan itu didukung sebuah NGO dari Australia, yaitu John Fawcett Foundation.

Aktivitasnya mengikuti baksos pada awalnya memunculkan rasa khawatir. Was-was bila dengan pengobatan gratis itu bakal mengurangi jumlah calon pasiennya. Dugaannya keliru.

Aktitas sosial yng dilakukannya dengan ikhlas itu justru membuat namanya lebih dikenal orang. Sampai-sampai ia kuwalahan melayani banyaknya pasien-pasiennya.

Hanya saja ia terkendala masalah bahasa setempat. Bahasa Sasak beda sekali dibandingkan dengan Bahasa Jawa dan Indonesia yang selama digunakannya. Banyak dinatara warga tidak faham Bahasa Indonesia. Untung ada asisten dokter yang orang Sasak, bisa menjadi penterjemah. Tetapi dengan mempelajarinya sedikit demi sedikit, dokter Endro sudah bisa bahasa Sasak.

Image caption - dr Endro Pranoto, SpM pada Baksos pemeriksaan mata dan operasi katarak, bersama JFF dan PT Sumbawa Timur Mining, di Dompu, 2017 - dok
Image caption - dr Endro Pranoto, SpM pada Baksos pemeriksaan mata dan operasi katarak, bersama JFF dan PT Sumbawa Timur Mining, di Dompu, 2017 - dok

Pilihan menjadi dokter spesialis mata bagi Dokter Endro hanya kebetulan saja.  Setelah menjadi dokter umum keinginannya mendalami spesialisasi. Tidak ada pilihan tertentu. Yang penting menjadi dokter spesialis. Hingga akhirnya spesialis mata dipilihnya. Dan rupanya pilihan itu membuatnya sangat nyaman.

Selain bekerja di rumah sakit dan menjadi relawan dalam banyak kegiatan baksos, Dokter Endro Pranoto juga menjadi dosen di Fak Kedokteran di Unizar -- Mataram, sampai sekarang.

Sejenak menengok ke awal kedinasannya. Endro Pranoto lulus di Fak Kedokteran UGM  Yogyakarta pada 1983. Meraih gelar spesialis mata di Fakultas Kedokteran Undip Semarang, pada 1998.

Penugasan pertamanya di Puskesmas, Kecamatan Bulu, Rembang 1985 -- 1992. Beralih ke RS Dr Kariadi Semarang 1993 -- 1998. Lalu pindah ke RS Dr R Soedjono - Selong, Lombok Timur NTB  1999 -- 2016.

Setelah pensiun ia meneruskan pengabdian di RS Islam Namira - Lombok Timur,  hingga kini. Kesibukan lain, sebagai dosen di Fakultas Kedokteran Unizar -- Mataram, sampai sekarang.

Meski jejak panjang kariernya sebagai dokter mata dan dosen fakultas kedokteran, tidak ada seorang anaknya pun yang mengikuti jejaknya. Mereka memilih menggeluti bidang teknik.

*

Pembicara ketiga yaitu dr Yuslam Edi Fidianto, SpOG tentang Intim pada Masa Yold.

Terbiasa memanggil nama, rasanya jadi kikuk kalau harus menggunakan sebutan Pak, atau Pak Dokter. Tapi sebutan bisa apa saja. Itu salah satu tanda akrabnya pertemanan kami, yang tak luntur seperti kalung emasnya Didi Kompot.

Mas Dokter Yuslam Edi Fidianto, nama lengkapnya, diembel-embeli pelengkap SPOG. Ia spesialis kebidanan, dengan subbidang infertilitas atau gangguan kesuburan dan bayi tabung.  Terkait itu beberapa teman berkonsultasi dan minta bantuannya.

"Menopause dan penurunan libido menandai bertambahnya usia. Pada umur 60-an, dua hal itu terkait. Sebab berkurangnya hormon estrogen pada wanita dan hormone testosteron pada laki-laki"

"Kapan seorang wanita mengalami menopause tergantung beberapa hal.  Kondisi iklim, gaya hidup, lingkungan keluarga dan alam, serta stress, mempengaruhi. Bila perempuan produktif selama 12 bulan berturut-turut tidak mengalami menstruasi (atau tidak teratur) itu tanda menopause dimulai. Selain alami, ada penyebab lain, yaitu sakit, atau memang ada kesengajaan dengan tindakan medis."

Menangani soal libido, terutama tentang dorongan libido yang tetap kuat pada usia senja, genetik dan hormonal bagus penyebabnya.

Image caption - dr Yuslam Edi Fidianto, SpOG saat mengikuti workshop infertilitas, Fertilisasi in Vitro, di Lisbon Postugal, 2016/17. Port of Vasco da
Image caption - dr Yuslam Edi Fidianto, SpOG saat mengikuti workshop infertilitas, Fertilisasi in Vitro, di Lisbon Postugal, 2016/17. Port of Vasco da

Dokter Yuslam pernah mendapat pasien yang curhat dan terus-terang minta jatah suami 3 hingga 4 kali seminggu. Ia 5 tahun lebih muda dari suami. Persoalan itu menjadi rumit sebab suami tak mampu mengimbangi. Lama kemudian si ibu muncul lagi. Kali ini menggandeng suami baru, sekitar 6 tahun lebih muda.

Gambaran di atas tentu bukan jalan keluar ideal. Itu sebabnya Mas Dokter menyarankan kepada lansia (saat libido menurun) untuk rajin melakukan dietetic: cabe, bawang, kacang-kacangan, coklat, apel, ikan salmon, telur, seafood, dan lainnya. Itu demi menjaga hubungan dengan pasangan tetap harmonis, saling pengertian. Bila isteri sudah menopause jangan malu berdiskusi secara terbuka, bikin suasana baru, dan latihan.

Dokter Yuslam  lulus sebagai dokter umum FK Undip Semarang pada 1984, mengambil spesialisasi sebagai dokter SpOG pada 1994 di universitas yang sama.

Penugasan pertama di RSUD Gorontalo pada 1995, setahun kemudian berpindah ke RSAB Harapan Kita - Unit IVF Jakarta. Pada 2012 pensiun dari PNS. Tahun pula ia mengisi hari-harinya di Family Fertility Center. Sejak 2017 sampai sekarang, dokter Yuslam Edi Fidianto mengabdikan keahliannya di Mayapada Hospital Jaksel.

*

Tanya-jawab dibuka setelah tiga pembicara menyampaikan materi mereka.

Biarpun santai, acara ini sebenarnya resmi. . .  ehh, serius. Alias sersan. Jadi, perlu juga ditulis susunan acara selengkapnya. Setelah pembukaan oleh pembawa acara Nurindro, lanjut doa oleh Fauzan Sadjid, kemudian sambutan Korwil Barat Teladan '73 Mustoto Moehadi.

Acara ini pun diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Tak ketinggalan bareng-bareng nyanyi lagu lawas yang  dipopulerkan Tety Kadi "Sepanjang Jalan Kenangan", diiringi kepiawaian gitar fingerstyle Alip Ba Ta melalui Youtube. Lumayan, meski ada delay antara iringan dan nyanyian, hingga terdengar saling berkejaran.

Itu saja sekadar laporan satu kegiatan reuni virtual yang mudah-mudahan bermanfaat bukan hanya bagi para peserta, tetapi juga keluarga peserta, maupun pembaca tulisan ini. Wallahu a'lam. ***

Sekemirung-Cibaduyut, 6 -- 9 Februari 2022 / 5 -- 8 Rajab 1443
Sugiyanto Hadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun