*
Soal pemberian bantuan juga diceritakan Mas Widyarka, begini ceritanya: " Melihat langsung dahsyatnya akibat gempa, ditambah pemberitaan media, saya mengajak teman-teman satu angkatan di Kementerian Luar Negeri untuk membantu korban gempa di Jogya."
"Kepedulian mereka begitu tinggi. Kami berhasil membangun kembali sebuah Mushola, dan mengisi perlengkapannya, di dekat SMP Negeri 2 Bantul. Kebanggaan kami bertambah, sebab ide merenov mushola datang dari teman non-muslim. Sungguh, ini wujud toleransi yang luar biasa...."
Cerita pemberian bantuan juga disampaikan oleh Mbak Rachma Ghani. "Kebetulan kantor saya dapat bantuan dari lembaga dana untuk renovasi rumah2 yang rusak di Bantul ....yang diutamakan rumah perajin dulu dan rumah2 sekitarnya ..."
"Alhamdulillah, dengan batuan staf lapangan Yayasan kami bisa merenovasi rumah antara 150 hingga 200 rumah, dan memberi sedikit modal untuk para perajin .. "
Bantuan meski sedikit tetaplah berarti, terlebih jika datang dari banyak orang. Cerita bantuan juga dimiliki Mbak Isbinarsih: "Iya betul.. sy sama temen pendengar rri jkt.. sama rri yk ikut membantu sedikit unt korban gempa di daerah Sleman tp lupa tempatnya... sy temenan sama alm pa Saptono guru (SMA) kita ... ayahnya mb Lily.. tp malah blm pernah ketemu mb Lily.. jd ikut nimbrung cerita"
*
Ingat Ibu
Cerita gempa mengingatkan pada sanak-saudara, juga orangtua. Seperti diceritakan Mbak Sri Suliswati. Begini ceritanya: "Wah rame ttg gempa, jadi ingat ibu...waktu itu sy di Jakarta jadi tilp ke Yogya, nggk bisa nyambung, panik krn beritanya luar biasa kerusakan akibat gempa. Ibu di Yogya pd saat gempa baru jalan pagi olga dr rumah ke pasar ngasem, ternyata ibu nggk menyadari klu ada gempa, pas lewat kraton lho kok ada ribut2 dan ada sebagian (bangunan) yg rusak. Pas sampai di rumah baru pirso klu tadi geger pada mencari2 Ibu karena kakak dpt berita klu mau ada tsunami. Saya dengar critanya sesudah tilp bisa tersambung. Alhamdulillah rumah hanya retak dikit."
*
Seorang teman Mas Widyarka Ryananta juga sedang menengok kedua orangtuanya di Yogya ketika gempa terjadi. Berikut penuturannya: "Ketika terjadi gempa, kami sekeluarga sedang menjenguk orang tua di Jl. Perkutut, Â Demangan Baru seusai penugasan di KBRI Brussel Belgia, selama hampir 4 tahun. Beberapa hari di Yogya, Sabtu itu jadwal kami kembali ke Jakarta. Pesawat sore hari dari bandara Adisucipto. Tapi gempa besar terjadi.