Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Hashim-Edhy Prabowo, Diangkat dari Selokan, dan Bernyanyilah

5 Desember 2020   13:33 Diperbarui: 5 Desember 2020   13:42 824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jangan berkata sesuatu kalau sedang marah. Itu sebuah nasihat yang seringkali benar, dan sangat tepat. Sebab orang marah kerap sembarangkan memilih dan melontar kata. Prabowo Subianto misalnya, Pak Menhan itu menurut penuturan adiknya Hashim Djojohadikusumo marah besar karena salah satu tangan kanannya di Partai Gerindra itu terkena operasi tangkap tangan di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, kemudian ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK.

Edhy ditangkap bersama sejumlah pihak dari Kementerian Kelautan dan Perikanan serta anggota keluarga.  Menanggapi peristiwa itu kemudian muncullah kata "selokan" dari Hashim menirukan ucapan Prabowo.

*

Diangkat, Heroik

Ya, dulu 25 tahun lalu Edhy Prabowo diangkat dari selokan. Bukan makian dan sumpah-serapah yang diucapkan Prabowo tetapi diksi selokan sungguh sangat menghina. Demikian pun itu ungkapan biasa dalam bahasa Inggris yang selalu digunakan kakak dengan adik itu. Konon, dalam 30 tahum terakhir antara Prabowo dengan Hashim  berbicara bahasa Inggris.

Entah bagaimana perasaan Edhy Prabowo bila tahu diksi itu ditujukan padanya. Yang jelas, ia sendiri mengaku telah mengkhianati Jokowi dan Prabowo. Jadi mungkin, bahkan kata-kata yang buruk akan diterima dengan legowo. Seperti ia legowo mundur dari jabatan menteri KKP yang selama ini disandangnya, legowo mengikuti proses hukum, dan tentu harus legowo pula dihujat orang banyak orang khususnya para pendukung mantan Menteri KKP Susi Pudjiastuti.

Namun, kalau ia ganti marah dan merasa dilecehkan, ada cara untuk membut perhitungan.  Caranya gampang sekali, bilang saja begini: "Saya akan buka-bukaan pada kader Gerindra yang kelakuannya tidak kalah kotor dan menjijikkan dibandingkan dengan saya yang diangkat cari selokan."

Pasti publik akan sangat senang, dan mendukung penuh semangat. Ayo, ditunggu kapan akan bilang seperti itu. Atau dengan redaksi lain, misal: "Biarkan aku bernyanyi di sidang pengadilan nanti. Jangan halangi aku untuk buka-bukaan, apapun resikonya. Aku bukan sendirian, tetapi mengikuti perilaku busuk mereka. . . . . . !"

Sangat heroik bila Edhy Prabowo mau bicara seperti itu. Tapi rasanya kok tidak.  Mungkin sekadar mengatakan, menyebut-nyebut orang yang mendesak ia sebagai Menteri KKP untuk membuka kran ekspor benur lobster hingga kemudian menyeretnya pada tindak korupsi pun kayaknya tidak. Sebab betapa besar hutang budi Edhy, dan ia tidak terpikir untuk berkhianat untuk kedua kalinya.

*

Ekspor, Respon

Diberitakan media mnyebutkan: Adik Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo bicara soal kemarahan kakaknya setelah Edhy Prabowo ditangkap KPK. Hashim mengatakan, Prabowo marah besar dengan kelakuan Edhy dan merasa dikhianati. Ia juga menyinggung soal anak yang diangkat dari selokan.

"I lift him up from the gutter and this is what he does to me," kata Hashim (menirukan ucapan kakaknya).

Lucunya (mungkin pernyataan ini pada kesempatan yang sama), Hashim mengatakan kebijakan menteri KKP terdahulu soal larangan ekspor benih lobster salah. Mungkin kata "selokan" menirukan ucapan sang kakak dipilih untuk menyalahkan Edhy Prabowo, sebaliknya kata keliru digunakan untuk membela diri sendiri sebab ramai diungkap media bahwa Hashim yang mendesak pembukaan ekspor benih lobster.

Seperti diberitakan sebuah media: Adik Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo mengungkapkan bahwa kebijakan eks Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti keliru. Kebijakan yang dimaksud adalah melarang ekspor benih lobster.

Susi pun merespon pernyataan Hashim melalui cuitannya di Twitter. Tak banyak kata yang ia cuit, hnya dua kata: "Luarbiasa!!!!!!!!" 

*

Nyali, Susi

Bila Edhy Prabowo cukup punya nyali untuk bernyanyi (mestinya wajib), jangan kata bagaimana keberanian seorang Susi Pudjiastuti.

Artinya, "adu-mulut" soal kebijakan di Kementerian Kelautan dan perikanan antara Edhy dengan Susi untuk sementara bolehlah rehat dulu. Sebab ada sasaran besar yang harus dinyinyiri, yaitu perilaku dan kebijakan para pentolan Gerindra: Prabowo dan Hashim, serta keluarga besar mereka. 

Bukan cuma soal ekspor benur, bisa juga merembet pada mengenai lengsernya Susi dari kebinet Jokowi jilid 2. Soal nyanyi-menyanyi, belum lama ini ada perwira tinggi Polri yang berjanji untuk bernyanyi pula. Adalah Irjen Pol Napoleon Bonaparte (mantan Kepala Divisi Hubungan Internasional Polri) yang berjanji. Ia tersangkut kasus penghapusan red notice dari buronan kelas kakap Djoko S Tjandra.

*

Mungkin kinilah saatnya giliran Edhy Prabowo membut janji untuk menyanyi pula. Publik kelak akan menilai siapa bersuara lebih lantang, merdu, menghanyutkan, dan menyentuh perasaan.

Nah, Edhy keluarkan suaramu. Bernyanyilah sepuas hati, semerdu mungkin. Fokus dan bersungguh-sungguh. Jangan takut fals atau salah nada. Yang penting lirikya tepat dan akurat serta informatif, jangan asal-asalan dan apalagi hoaks.

Ayo, Edhy Prabowo kamu pasti bisa. Lupakan hinaan dengan kata "selokan", balas dengan diksi tak kalah menohok. Bernyanyilah. Wallahu a'lam. ***

Cibaduyut, 5 Desember 2020 / 19 Rabi'ul Akhir 1442

Simak juga tulisan menarik lain:
jangan-malas-berucap-alhamdulillah
edhy-prabowo-bilang-maaf-susi-pudjiastuti-jawab-tenggelamkan
cerpen-mimpi-pedagang-daging

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun