Jangan berkata sesuatu kalau sedang marah. Itu sebuah nasihat yang seringkali benar, dan sangat tepat. Sebab orang marah kerap sembarangkan memilih dan melontar kata. Prabowo Subianto misalnya, Pak Menhan itu menurut penuturan adiknya Hashim Djojohadikusumo marah besar karena salah satu tangan kanannya di Partai Gerindra itu terkena operasi tangkap tangan di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, kemudian ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK.
Edhy ditangkap bersama sejumlah pihak dari Kementerian Kelautan dan Perikanan serta anggota keluarga. Â Menanggapi peristiwa itu kemudian muncullah kata "selokan" dari Hashim menirukan ucapan Prabowo.
*
Diangkat, Heroik
Ya, dulu 25 tahun lalu Edhy Prabowo diangkat dari selokan. Bukan makian dan sumpah-serapah yang diucapkan Prabowo tetapi diksi selokan sungguh sangat menghina. Demikian pun itu ungkapan biasa dalam bahasa Inggris yang selalu digunakan kakak dengan adik itu. Konon, dalam 30 tahum terakhir antara Prabowo dengan Hashim  berbicara bahasa Inggris.
Entah bagaimana perasaan Edhy Prabowo bila tahu diksi itu ditujukan padanya. Yang jelas, ia sendiri mengaku telah mengkhianati Jokowi dan Prabowo. Jadi mungkin, bahkan kata-kata yang buruk akan diterima dengan legowo. Seperti ia legowo mundur dari jabatan menteri KKP yang selama ini disandangnya, legowo mengikuti proses hukum, dan tentu harus legowo pula dihujat orang banyak orang khususnya para pendukung mantan Menteri KKP Susi Pudjiastuti.
Namun, kalau ia ganti marah dan merasa dilecehkan, ada cara untuk membut perhitungan. Â Caranya gampang sekali, bilang saja begini: "Saya akan buka-bukaan pada kader Gerindra yang kelakuannya tidak kalah kotor dan menjijikkan dibandingkan dengan saya yang diangkat cari selokan."
Pasti publik akan sangat senang, dan mendukung penuh semangat. Ayo, ditunggu kapan akan bilang seperti itu. Atau dengan redaksi lain, misal: "Biarkan aku bernyanyi di sidang pengadilan nanti. Jangan halangi aku untuk buka-bukaan, apapun resikonya. Aku bukan sendirian, tetapi mengikuti perilaku busuk mereka. . . . . . !"
Sangat heroik bila Edhy Prabowo mau bicara seperti itu. Tapi rasanya kok tidak. Â Mungkin sekadar mengatakan, menyebut-nyebut orang yang mendesak ia sebagai Menteri KKP untuk membuka kran ekspor benur lobster hingga kemudian menyeretnya pada tindak korupsi pun kayaknya tidak. Sebab betapa besar hutang budi Edhy, dan ia tidak terpikir untuk berkhianat untuk kedua kalinya.
*
Ekspor, Respon