Ada lagi judul berita yang lebay, alias ada-ada saja. Itu menurut hemat saya. Yaitu penambahan keterangan yang sama sekali tidak terkait dengan peristiwa maupun penanganan peristiwa itu.
Cermati judul berita berikut: "Akhirnya Pelaku Pembunuhan Sadis Saudara Jokowi Terungkap".
Luar biasanya, semua media memberitakan peristiwa pembunuhan itu dengan menambahi pada judul n keterangan yang tidak perlu, yaitu "saudara Jokowi".
Kalau saja keterangan itu (mungkin dengan uraian panjang lebar) pada tubuh berita tak mengapalah. Tetapi ini pada judul.
Dan lagi, kata "saudara" itu setelah ditelusuri ternyata "hanya" kakak ipar sepupunya. Memang bersaudara, tapi tidak ada hubungan darah. Jadinya, ya terasa mengada-ada. Bukan berarti keterangan "masih bersaudara" tersebut tidak perluh diberitakan. Karena tidak ada pengaruhnya apa-apa. Kecuali bila keterangan bersaudara dengan Jokowi, sebagai Presiden RI, ada keistimewaan tertentu dalam proses peradilan, berpengaruh pada besar-kecilnya hukuman, atau hal-hal lain. Padahal tidak.
*
Masih ada lagi judul berita yang gaul betul. Terus berulang, dan selalu sama kesalahannya.
Cermati judul berita berikut: "Uang Palsu Senilai Rp 800 Juta Gagal Beredar, untuk Pilkada?"
Di mana letak kesalahannya? Yaitu pada kata "senilai". Â Uang palsu bila sudah terdeteksi kepalsuannya, maka tidak punya nilai uang lagi. Nilainya tinggal pada kertasnya, yaitu kiloan. Uang palsu masih bernilai manakala tidak terdekteksi kepalsuannya. Tetapi begitu ketahuan (bahkan oleh orang-orang tuna-netra, karena ada penanda tertentu yang dapat diraba) sudah tidak bernilai sama sekali.
Berita terkait besaran uang palsu sebagai barang bukti kejahatan, yaitu dengan menyebut jumlah lembaran, serta nilai nominalnya. Sekali lagi, bukan nilai totalnya.
*