Bila mereka mumpuni dalam penulisan berita, mengapa harus rancu membedakan subyek dan obyek?
Cermati judul berita berikut ini: "Miliki 3,8 kg ganja, Polisi tangkap dua Pengedar berkebangsaan PNG".
Judul di atas memberitahu pembaca: Polisi merupakan si pemilik ganja. Namun, Pengedar berkebangsaan PNG justru yang ditangkap. Aneh, ya?
Perbaikannya menjadi: "Miliki 3,8 kg ganja, Pengedar Berkebangsaan PNG ditangkap Polisi". Bila Polisi dijadikan subyek, menjadi: "Polisi Tangkap Pengedar Ganja Berkebangsaan PNG, Barang Bukti 3,8 Kg."
*
Ada lagi judul berita yang tampak tak kalah gaul.
Cermati judul berita berikut: "Chef Juna Ceritakan Alasan Cerai dengan Mantan Istrinya di Amerika."
Ada dua kata kunci pada judul itu, yaitu "cerai" dan "mantan". Dua kata itu memperlihatkan jurnalisnya (juga editornya) kurang cermat.
Meski di sana ada kata "menceritakan" yang berarti peristiwa itu sudah berlalu, bukan berarti kata "mantan" boleh digunakan. Sebab yang diceritakan mengenai peristiwa "cerai". Kata cerai hanya dapat dilakukan ketika sepasang lelaki-perempuan masih dalam ikatan perkawinan. Dengan kata lain, mengapa harus ada kata cerai kalau memang sudah mantan?
Perbaikannya sederhana, hilangkan kata "mantan", menjadi: "Chef Juna Ceritakan Alasan Cerai dengan Istrinya di Amerika."
*