Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Adu Akting yang Dimenangkan Si Penipu, Butet, dan Melia Wahyuni

25 Juni 2020   17:41 Diperbarui: 25 Juni 2020   17:38 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Butet kartaredjasa dalam pentas | medcom.id

Perlu waktu 5 jam 17 menit untuk berubah pendapat maupun perasaan. Sekaligus pengakuan mendalam bahwa ternyata Melia Wahyuni sangat menjiwai perannya sebagai "tamu pembawa pertanda", dan sejenak melambungkan perasaan tak menentu seorang actor kawakan tanah air.

Ini pengakuan Butet Kartaredjana seperti tertuang pada alinea awal di FB-nya, berjudul "Belum Aktor":

"Ternyata saya belum aktor. Buktinya saya bisa "tertipu" akting orang yang bermain drama di depan saya. Saya terharubiru, dan bikin status di FB yang ndudul ati. Status saya bertajuk "TAMU PERTANDA" bahkan bikin "tukang teror" aktor-sastrawan Putu Wijaya merasa terteror, dan nge-share status saya. Sampai sekarang pun komen bernada empati kepada "Meli", yang ngakunya divonis stadium 4 kanker usus, masih membanjir di wall FB saya."

*

Penipu pintar salin rupa-warna-karakter apa saja yang sangat menyakitkan hati para korbannya. Melia Wahyuni si  penipu itu salah satu saja.  Luar biasanya, ia telah mendapatkan seulas senyum tulus seorang Butet -- si raja monolog dan sangat dikenal ketika menirukan suara khas seorang presiden daripada "piye kabar, enak zamanku toh" Soeharto-, dan tentu ditambah sejumlah uang jalan (sangu) kembali ke Jakarta. Sebuah senyum jelang menghadapi pisau operasi guna mengangkat kanker usus yang diidapnya dengan konsekuensi tipis untuk mampu bertahan hidup. Satir sekali. Tapi, kena deh.

Nah, itu saja. Banyak pembelajaran dari peristiwa itu. Waspada, tidak lekas percaya, hati-hati. Dalam ungkapan Jawa: "ojo gumunan, ojo kagetan, ojo dumeh." Uasuwoook. ***

Cibaduyut, 25 Juni 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun