Salah satu nama yang di-carbon copy yaitu  Agus Noor. Di FB cerpenis tersebut puluhan komentar ditulis roang, beberapa diantaranya berbunyi begini:
" . . . . kok mripatmu sembab. koyo melu nangis opo tangi turu? Mugo rangkulanmu dadi lantaran obat kanggo Meli." Â Didid Dananto
Bahkan seorang dramawan dan sastrawan senior melihat sisi lain tak terduga.
"Butet,postinganmu ini teror mental. Izin share." Putu Wijaya
Tetapi tiba-tiba saja -seperti halilintar di siang bolong- kekagetan menyambar Butet, dan tentu orang-orang yang semula berkomentar penuh takzim, hormat, dan bernuansa mendoakan seorang Melia maupun Butet. Dengan huruf capital pula seseorang menulis komentar FB Agus Noor:
"ORANG INI PENIPU, MOHON BERHATI-HATI. SAYA DAN SALAH SATU TOKOH JOGJA SUDAH PERNAH TERTIPU." Tony Trax Hernanto
Komentar yang terakhir itu (dengan menyertakan 2 sumber dari instagram) memberitahukan satu hal: penipuan, dan hal lain bukan hanya dirinya dan Butet, tetapi juga salah satu tokoh Yogyakarta (tidak disebutkan siapa).
Kalau dalam lakon pewayangan hal seperti itu disebut "badhar". Artinya batal, tidak jadi, atau kembali pada wujud semula. Misal pada lakon "Petruk Dadi Ratu" (petruk menjadi raja, setelah mencuri Jimat Kalaimasada/dua kalimat sahadat, dengan gelar Prabu Kantong Bolong) yang sangat berwibawa dan berkuasa, tiba-tiba ia kembali sebagai Petruk (punakawan, anak Semar, yang merupakan rakyat jelata).
Badhar. Prihatin, menggelikan, dan satir sekali. Uasuwoook (umpatan jenaka khas Butet).
*
Pada hari yang sama Butet memposting pengakuan yang jujur, terus-terang, berani mengaku kalah, dan tentu agak galau. Pada postingan awal berjudul Tamu Pertanda terlihat pada 10.33 WIB (16/6/2020). Lalu diralat dengan postingan berikutnya berjudul Belum Aktor, pada 15.50 WIB.