Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Laki-laki Kalap Menampar Perempuan, Berakhir Maaf dan Khilaf

3 Mei 2020   15:38 Diperbarui: 3 Mei 2020   15:33 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak salah HM yang meneruskan perkaranya di Kantor Polisi. Tetapi kelembutan hati seorang Yeni perlu dijadikan teladan. Mungkin Yeni terinspirasi dengan kisah sifat pemaaf Rasulullah.

Saat itu beliau pergi ke Thaif untuk berdakwah. Alih-alih berharap penduduk menerima dakwah beliau, tapi sikap kurang ajar. Mereka mencemooh dan menyuruh anak-anak kecil melempari Rasulullah Muhammad yang saat itu ditemani Zaid bin Haritsah.

Di saat sulit seperti itu tiba-tiba datang Malaikat Jibril bersama malaikat penjaga gunung berkata kepada Nabi. "Wahai Muhammad, kalau engkau berkenan aku akan menimpakan Al-Akhbasain (dua gunung besar yang ada di Makkah, yaitu gunung Abu Qubais dan Gunung Al-Ahmar) kepada mereka."

Namun, Nabiullah menolak tawaran itu, dan justru mendoakan keturunan mereka  menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun juga. [HR. Muslim]

*

Orang-orang arogan dan kalap setelah berlaku kejam seringkali berlindung pada kata maaf dan khilaf. Bila kemudian dipenjara memang sudah sepantasnya. Tidak perlu dikasihani. Tetapi untuk orang yang mampu memaafkan, insya Allah berbalas surga. Mudah-mudahan kita pun mampu meniru kelembutan hati Rasulullah dan orang-orang pemaaf penuh ikhlas lainnya.

Nah, itu saja. Terima kasih sudah menyimak. Semoga bermanfaat. Mohon maaf kurang-kurangnya. Wallahu a'lam. ***

Sekemirung, 3 Mei 2020

Baca juga tulisan menarik sebelumnya:

tebing-longsor-sejumlah-jenazah-tpu-cikutra-hanyut-di-sungai-cidurian

mari-berpuisi-saat-berpuasa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun