Kenapa seorang laki-laki suka menampar perempuan? Ada kekesalan sedikit main tampar, ada masalah sedikit lalu menampar. Apapun dapat dijadikan alasan untuk menampar perempuan, yang notebene lebih kecil tenaga maupun tubuhnya.
Kelanjutan dari penamparan itu, si laki-laki lalu minta maaf setelah urusannya ditangani Polisi. Semula arogan, gagah, dan tampak bengis. Lalu tiba-tiba menjadi ciut, mengkerut, dan bahkan menangis.
Namun, yang diluar dugaan dan luar biasa, ada perempuan yang sudah kena tampar dan dimaki-maki, mau juga memaafkan. Hati macam apakah yang semulia itu? Mungkin hanya ada dalam dongeng, tidak nyata, dan malah mungkin mengada-ada.
Bila tidak percaya, simak saja peristiwa berikut.
*
Sebuah peristiwa kekerasan terjadi di SPBU Parigi, Pangandaran, Jawa Barat. Ada videonya, dan menjadi viral. Sebuah mobil pick up yang dikendarai oleh CU (42) nekat menerobos jalur sepeda motor saat hendak mengisi bahan bakar minyak (BBM).
Seorang perempuan petugas SPBU bernama Yeni Nur Oktaviani (24), mengingatkan CU, tetapi sopir pikup itu justru tersinggung. Ia turun dan serta-merta menampar Yeni dan berkata-kata kasar. Setelah menampar korban pergi, tidak jadi mengisi bensin.
Korban kemudian melapor ke Polisi setempat. Namun, rasa iba muncul. Sebab ia tahu si pelaku tinggal hanya berdua dengan anaknya yang masih berusia lima tahun. Sedangkan istri pelaku diketahui masih bekerja menjadi di luar negeri sebagai TKI. Yeni pun mencabut pengaduannya ke Polisi.
*
Peristiwa penamparan seorang laki-laki terhadap perempuan terjadi juga di provinsi yang berbeda.
HM (30) Seorang perawat di Klinik Pratama Dwi Puspita ditampar BC (43) warga Kemijen, Semarang, Jawa Tengah. Â Saat itu BC, seorang satpam SD, membawa anaknya yang sakit panas dan batuk ke klinik tersebut pada Kamis (9/4/2020) pagi.
Ketika antri pendaftaran perawat HM menegur BC agar mengenakan masker untuk mencegah penularan virus corona.
Bukannya menerima teguran tersebut, BC justru marah-marah dan menampar si perawat. Tidak selesai di situ, BC juga mengancam akan membunuh HM. Pelaku pulang dan tak jadi memeriksakan anaknya. Selanjutnya HM melaporkan BC ke Polisi.
*
Hanya laki-laki kalap yang hobi benar menampar perempuan. Orang boleh saja curiga, jangan-jangan beraninya hanya dengan perempuan. Bukan hnya menampar, tetapi juda mencaci-maki dan bahkan mengancam hendak membunuh.
Padahal persoalannya sepele saja. Hanya soal teguran agar mengikuti ketentuan yang ada. dari gambaran peristiwa di atas, satu lelaki ditegur jangan menyerobot antrian pengisian bensi yang dikhususkan untuk sepeda motor. Dan lagi ditegur agar mengenakan masker agar tidak terjadi penularan virus Corona.
Hal yang sepele itu agaknya menjadi masalah besar bagi para pelaku. Mereka main kekerasan, bahkan ditambahi dengan kekerasan dan penghinaan secara verbal.
Setelah kasus itu ditangani Polisi mereka ciut, mengkerut, dan takut. Luar biasanya dramatisasi itu melibatkan anak kecil yang mereka miliki. Alasan mereka menyatakan khilaf karena anak, dan sangat berharap diberi maaf.
Yeni, si perawat di Pangandaran, jatuh iba. Ia memaafkan dan mencabut laporannya ke Polisi. Sedangkan HM agaknya meneruskan laporannya (sejauh penelusuran penulis belum ada pemberitaan mengenai kelanjutan kasus tersebut). Andai saja perawat HM memaafkan, seperti Yeni si petugas SPBU, alangkah indah suasana Ramadhan kali ini.
*
Sekadar manembahkan meminta maaf itu manusiawi sekali. Manusia tempat salah dan dosa. Dan minta maaf oleh para pelaku kekerasan menjadi salah satu kewajiban setelahnya. Minta maaf bukan karena tepaksa, bukan lantaran takut penjara, tetapi penuh dengan ketulusan untuk tidak mengulang perbuatan itu.
Namun, para korban tentu yang lebih berat untuk memaafkan. Kita yang mengetahui cerita Yeni maupun HM saja pasti geram terhadap para pelaku. Tanpa sadar mungkin kit amenghujat danmengharapkan hukuman setimpal kepada mereka. Tiada maaf bagimu.
Tidak salah HM yang meneruskan perkaranya di Kantor Polisi. Tetapi kelembutan hati seorang Yeni perlu dijadikan teladan. Mungkin Yeni terinspirasi dengan kisah sifat pemaaf Rasulullah.
Saat itu beliau pergi ke Thaif untuk berdakwah. Alih-alih berharap penduduk menerima dakwah beliau, tapi sikap kurang ajar. Mereka mencemooh dan menyuruh anak-anak kecil melempari Rasulullah Muhammad yang saat itu ditemani Zaid bin Haritsah.
Di saat sulit seperti itu tiba-tiba datang Malaikat Jibril bersama malaikat penjaga gunung berkata kepada Nabi. "Wahai Muhammad, kalau engkau berkenan aku akan menimpakan Al-Akhbasain (dua gunung besar yang ada di Makkah, yaitu gunung Abu Qubais dan Gunung Al-Ahmar) kepada mereka."
Namun, Nabiullah menolak tawaran itu, dan justru mendoakan keturunan mereka  menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun juga. [HR. Muslim]
*
Orang-orang arogan dan kalap setelah berlaku kejam seringkali berlindung pada kata maaf dan khilaf. Bila kemudian dipenjara memang sudah sepantasnya. Tidak perlu dikasihani. Tetapi untuk orang yang mampu memaafkan, insya Allah berbalas surga. Mudah-mudahan kita pun mampu meniru kelembutan hati Rasulullah dan orang-orang pemaaf penuh ikhlas lainnya.
Nah, itu saja. Terima kasih sudah menyimak. Semoga bermanfaat. Mohon maaf kurang-kurangnya. Wallahu a'lam. ***
Sekemirung, 3 Mei 2020
Baca juga tulisan menarik sebelumnya:
tebing-longsor-sejumlah-jenazah-tpu-cikutra-hanyut-di-sungai-cidurian
waspadai-penumpang-tanpa-uang-mereka-bisa-nekat-menipu-atau-membunuh
untaian-kecil-kenangkan-chairil-anwar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H