Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Laki-laki Kalap Menampar Perempuan, Berakhir Maaf dan Khilaf

3 Mei 2020   15:38 Diperbarui: 3 Mei 2020   15:33 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika antri pendaftaran perawat HM menegur BC agar mengenakan masker untuk mencegah penularan virus corona.

Bukannya menerima teguran tersebut, BC justru marah-marah dan menampar si perawat. Tidak selesai di situ, BC juga mengancam akan membunuh HM. Pelaku pulang dan tak jadi memeriksakan anaknya. Selanjutnya HM melaporkan BC ke Polisi.

*

Hanya laki-laki kalap yang hobi benar menampar perempuan. Orang boleh saja curiga, jangan-jangan beraninya hanya dengan perempuan. Bukan hnya menampar, tetapi juda mencaci-maki dan bahkan mengancam hendak membunuh.

Padahal persoalannya sepele saja. Hanya soal teguran agar mengikuti ketentuan yang ada. dari gambaran peristiwa di atas, satu lelaki ditegur jangan menyerobot antrian pengisian bensi yang dikhususkan untuk sepeda motor. Dan lagi ditegur agar mengenakan masker agar tidak terjadi penularan virus Corona.

Hal yang sepele itu agaknya menjadi masalah besar bagi para pelaku. Mereka main kekerasan, bahkan ditambahi dengan kekerasan dan penghinaan secara verbal.

Setelah kasus itu ditangani Polisi mereka ciut, mengkerut, dan takut. Luar biasanya dramatisasi itu melibatkan anak kecil yang mereka miliki. Alasan mereka menyatakan khilaf karena anak, dan sangat berharap diberi maaf.

Yeni, si perawat di Pangandaran, jatuh iba. Ia memaafkan dan mencabut laporannya ke Polisi. Sedangkan HM agaknya meneruskan laporannya (sejauh penelusuran penulis belum ada pemberitaan mengenai kelanjutan kasus tersebut). Andai saja perawat HM memaafkan, seperti Yeni si petugas SPBU, alangkah indah suasana Ramadhan kali ini.

*

Sekadar manembahkan meminta maaf itu manusiawi sekali. Manusia tempat salah dan dosa. Dan minta maaf oleh para pelaku kekerasan menjadi salah satu kewajiban setelahnya. Minta maaf bukan karena tepaksa, bukan lantaran takut penjara, tetapi penuh dengan ketulusan untuk tidak mengulang perbuatan itu.

Namun, para korban tentu yang lebih berat untuk memaafkan. Kita yang mengetahui cerita Yeni maupun HM saja pasti geram terhadap para pelaku. Tanpa sadar mungkin kit amenghujat danmengharapkan hukuman setimpal kepada mereka. Tiada maaf bagimu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun