Sebelum pandemi Corona, sering sampai berhari-hari ia tidak mendapat panggilan menggali kubur. Namun, kini bisa lima kali sehari. Satu tim terdiri empat orang, dan sesuai protap virus Corona para penggali kubur pun harus mengenakan alat pelindung diri (APD) untuk menghindari risiko tertular.
*
Seorang penggali kubur di Cikadut menuturkan pengalaman selama pandemi Covid-19.
Lebih dari satu pekan ini, Beni Subakti, bekerja lebih keras dari biasanya. Petugas penggali dari UPT3 Tempat Pemakaman Umum (TPU) Cikadut itu berada di garda depan dalam menguburkan jenazah korban Covid-19.
Beni sempat merasa takut saat pertama kali memakamkan jenazah yang terjangkit virus Corona. Namun berbekal pengetahuan dan persiapan yang cukup, ketakutan itu perlahan sirna.
Ia merasa lebih tenang karena saat penguburan jenazah yang terkena virus Corona selalu mengenakan alat pelindung diri (APD). Kekhawatiran atas kesehatan dirinya pun hilang, sebab setelah mengikuti dua kali mengikuti rapid test Covid-19, dirinya dinyatakan negatif.
*
Mudah-mudahan para penggali kubur tidak ada yang tertular virus Corona, apalagi sampai meninggal karenanya. Karena jumlah penggali kubur sangat terbatas.
Sekadar menggali tanah tentu banyak orang sehat mampu melakukannya. Tetapi untuk menjadi penggali kubur perlu nyali besar, terlebih juga pengetahuan memadai. bayangkan bila penggalian dilakukan dalam cuaca buruk, hujan deras, atau pada malam hari, di tengah pemakaman besar, dan jauh dari perkampungan pula. Ngeri.
Keluarga dari jenazah yang hendak dikubur maupun para penggali kubur sendiri pasti berharap proses pemakaman berlangsung lancar sesuai tempat, waktu, maupun ketentuan dan prosedur agama serta kesehatan. Dan karena itulah selama masih memungkinkan sempatkan berterimakasih kepada para penggali kubur. Siapa tahu mereka juga yang menggali kubur kita kelak.
*