Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Corona Menjadikan Hidup Rasa Terpenjara

16 April 2020   22:40 Diperbarui: 16 April 2020   22:33 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

*

Ah ya, tetapi kalau dipikir mendalam apalah artinya pengorbanan seorang pensiunan. Sudah ikhlas kalau THR dan gaji ke 13 ditiadakan. Malu kalau harus dibandingkan dengan pengabdian para pahlawan di garda terdepan menghadapi Covid-19. Mereka, para dokter, perawat, dan tenaga lain yang terkait dengan penanganan kesehatan para pasien terpapar Corona.

Banyak diantara mereka menjadi korban. Info mutakhir malah ada seorang perawat terpapar Covid-19 yang ditolak warga Ungaran saat jenazahnya akan dimakamnya. Di Banyumas kejadian serupa terjadi. Miris, prihatin, dan menyedihkan sekali.

Apapun alasan dan logika para penolak, agaknya mereka telah kehilangan nurani dan tak mau sedikit saja menunjukkan empati. Entah petunjuk keagamaan mana yang mereka gunakan untuk pemikiran dan sikap angkuh demikian.

*

Covid-19 selain membuka tabir penutup wajah kita masing-masing akan kecintaan pada negeri ini dalam segala bentuknya. Bahkan juga menyingkap jati diri kita sebenarnya sebagai umat beragama.

Saya mengapresiasi banyaknya warga bangsa yang terketuk hati mereka untuk menggalang donasi. Salah satunya Nikita Mirzani saat merayakan ultahnya. Lalu para pejabat negara dan pemerintahan yang merelakan gajinya. Juga para selebritas dan tentu para pengusaha.

Belakangan ada konser musik di rumah oleh legenda campursari dan idola Sobat Ambyar, yaitu Didi Kempot. Banyak lagi pribadi dan kelembagaan lain yang bahu-membahu menolong memenuhi kebutuhan alat pelindung diri untuk para dokter dan tenaga medis lain.

Malah ada kepala desa di Wonosobo, yaitu Kades Talunombo, mewakafkan tanahnya yang cukup luas untuk pemakaman pasien Covid-19 yang meninggal dunia. Ditambah  jaminan warganya tidak akan menolak penguburan itu.  

*

Saya merasakan, berdiam diri di rumah tidak harus diartikan sebagai terpenjara. Sekali lagi, tidak ada seorang pun yang ingin betul-betul dipenjara sebagai kriminal. Membayangkannya pun sudah tidak nyaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun