*
Ah ya, tetapi kalau dipikir mendalam apalah artinya pengorbanan seorang pensiunan. Sudah ikhlas kalau THR dan gaji ke 13 ditiadakan. Malu kalau harus dibandingkan dengan pengabdian para pahlawan di garda terdepan menghadapi Covid-19. Mereka, para dokter, perawat, dan tenaga lain yang terkait dengan penanganan kesehatan para pasien terpapar Corona.
Banyak diantara mereka menjadi korban. Info mutakhir malah ada seorang perawat terpapar Covid-19 yang ditolak warga Ungaran saat jenazahnya akan dimakamnya. Di Banyumas kejadian serupa terjadi. Miris, prihatin, dan menyedihkan sekali.
Apapun alasan dan logika para penolak, agaknya mereka telah kehilangan nurani dan tak mau sedikit saja menunjukkan empati. Entah petunjuk keagamaan mana yang mereka gunakan untuk pemikiran dan sikap angkuh demikian.
*
Covid-19 selain membuka tabir penutup wajah kita masing-masing akan kecintaan pada negeri ini dalam segala bentuknya. Bahkan juga menyingkap jati diri kita sebenarnya sebagai umat beragama.
Saya mengapresiasi banyaknya warga bangsa yang terketuk hati mereka untuk menggalang donasi. Salah satunya Nikita Mirzani saat merayakan ultahnya. Lalu para pejabat negara dan pemerintahan yang merelakan gajinya. Juga para selebritas dan tentu para pengusaha.
Belakangan ada konser musik di rumah oleh legenda campursari dan idola Sobat Ambyar, yaitu Didi Kempot. Banyak lagi pribadi dan kelembagaan lain yang bahu-membahu menolong memenuhi kebutuhan alat pelindung diri untuk para dokter dan tenaga medis lain.
Malah ada kepala desa di Wonosobo, yaitu Kades Talunombo, mewakafkan tanahnya yang cukup luas untuk pemakaman pasien Covid-19 yang meninggal dunia. Ditambah  jaminan warganya tidak akan menolak penguburan itu. Â
*
Saya merasakan, berdiam diri di rumah tidak harus diartikan sebagai terpenjara. Sekali lagi, tidak ada seorang pun yang ingin betul-betul dipenjara sebagai kriminal. Membayangkannya pun sudah tidak nyaman.