Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pairin Hanyut di Kali Opak

4 Maret 2020   16:34 Diperbarui: 4 Maret 2020   17:03 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
solopos.com | seorang penambang pasir tradisional di tengah kali opak

Kali, atau sungai, Opak memberi kehidupan bagi warga di tepi kanan-kirinya. Ada yang menmanfaatkan airnya untuk pengairan sawah, untuk kolam-kolam ikan, dan untuk berbagai keperluan lain yang menggunakan air: mandi, cuci, dan kakus.

Namun, kegiatan itu makin berkurang setelah banyak orang hanyut. Terlebih pada musim penghujan, tepian kali licin, dan banjir sewaktu-waktu datang menyambar apa saja yang menghalangi. 

Bila bukan pada musim banjir, airnya jernih, tidak bercampur lumpur. Itu sebabnya ada pula orang-orang yang memanfaatkan aliran Kali Opak untuk membuat keramba, juga untuk menyalurkan hobi memancing dan menjala. Meski ikan yang didapat tak seberapa banyak tapi lumayanlah kegiatan itu sebagai sarana rekreasi dan berolahraga. Ikan mudah dibeli di pasar dan banyak, tetapi hati yang senang tidak dapat dibeli di sana.

Satu lagi mata pencaharian yang mengandalkan kebaikan Kali Opak tak lain menjadi penambang pasir tradisional. Aktivitas itu terjadi turun-temurun, selain karena banyaknya endapan pasir di dasar kali, permintaan pun tak pernah surut. Kualitas pasir di sana dapat diandalkan, terlebih untuk kepentingan pasir cor dan pasir beton. 

Untuk urusan mata pencaharian itu Kang Pairin menjadi salah satu penambang pasir yang sanat andal. Umurnya tidak lagi muda, ia 60 tahun, tetapi tenaga dan semangat kerjanya masih kuat. Ia menjadi andalan ekonomi keluarga.

Maka tidak ada hari libur baginya dalam mencari pasir. Kecuali sungai banjir besar hingga ke tepian bibir sungai. Bila pun air besar dan tidak terlalu membahayakan ia akan turun ke kali dan tetap menambang pasir.

Tapi hari ini Kang Pairin tak muncul lagi ke rumah. Sejenak selewat adzan Subuh ia sudah berangkat ke kali seperti biasanya.  Tetapi tidak pernah pulang. Di pinggiran sungai ada sandal dan sarung milik Kang Pairin. Tidak ada keterangan apapun sebelum ia berangkat ke sungai, tidak ada pula saksi mata apakah ia memang pergi untuk menambang pasir atau ke tempat lain.

Warga dan masyarakat sekitar sudah coba mencari jejaknya. Tetapi belum ada hasil yang menggembirakan. Kang Pairin  tidak ditemukan.

*

Nama Kali Opak menarik perhatian orang terkait dengan gempa bumi beberapa waktu lalu. Hal itu dianggap sebagai fenomena alam. 

Kali Opak memiliki misteri alam seputar gempa bumi di Yogyakarta pada  27 Mei 2006 silam. karena sungai ini merupakan jalur retakan gempa yang disebut dengan istilah Sesar Opak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun