Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Subsidi Gas Melon Dicabut Asalkan Lebih Aman, Adil, dan Tidak Langka

1 Februari 2020   10:09 Diperbarui: 1 Februari 2020   10:11 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
distribusi gas melon (https://balitribune.co.id/)

Sebenarnya gas (lpg, liquefied petroleum gas) melon merupakan satu saja dari beberapa pilihan yang berbasis tabung. Tapi dibandingkan yang lain, gas tabung berbentuk melon memang memiliki keunggulan. Satu keunggulan yang diburu dan ditunggu oleh kaum ibu, yaitu subsidi. Harga gas dalam tabung berukuran 3 kilogram itu bukan harga pasaran, tetapi sudah disubsidi. Jadi lebih murah.

Di lingkungan penulis, di pinggiran Kabupaten Bandung, pada tingkat agen harga satu tabung 16.600 rupiah, pada pengecer menjadi 18.500 rupiah, dan sesampai di kios menjadi 23.000 sampai 25.000 rupiah rupiah per tabung. Beda harga disebabkan oleh jalur distribusi, terutama penggunaan alat angkut. Dari truk, ke mobil bak terbuka, lalu gerobak, dan sampai ke sepeda motor. 

Alat angkut itu menyesuaikan diri dengan jumlah tabung yang diangkut, serta sarana-prasarana jalan yang dilalui. Itu sebabnya sampai di tingkat kios, harganya sudah bertambah sekitar 6.400 sampai 8.500 rupiah dibandingkan di agen. Satu jumlah yang cukup memadai untuk ibu-ibu rumah tangga untuk dengan suka-rela antri di agen.

*

Untuk mendapatkan harga 16.600 rupiah per tabung saya pernah ikut antri di agen mulai jam 4 pagi, sebelum salat subuh berjamaah di masjid. Tabung diletakkan sesuai antrian, lalu ditinggal pulang, sekitar jam 7 kembali lagi ke agen. beruntung jaraknya tidak terlalu jauh dari kompleks.

Kembali sekitar jam 7 pagi itu belum tentu penjualan sudah dimulai.kadangkala masih harus menunggu tabung-tabung diambil dari gudang, lalu ditata rapi ditempat penjualan. Tiap pembeli membawa fotocopy KTP, satu orang hanya boleh membeli satu tabung. Bila satu keluarga memiliki 3 tabung maka tiga anggota keluarganya ikut antrian.

Ketika gas 3 kilogram langka antrian jadi makin panjang, orang-orang dari tempat yang jauh berdatangan. Itu sebabnya meski sebelum subuh sudah datang, ternyata nomor antrian sudah melewati batas jumlah penjualan agen yang bersangkutan (antara 80 sampai 150 tabung pagi, dan jumlah yang sama pada sore hari)

Kebiasaan agen, selain penjualan langsung ke konsumen dengan harga terendah, juga penjualan ke pengecer dengan harga lebih tinggi untuk biaya transpor ke lokasi .

Karena peminat gas tabung 3 kilogram makin banyak, antrian makin panjang, sehingga jam antrian maju ke tengah malam. Pukul 01.00 WIB antrian tabung gas kosong sudah dimulai, sudah ditulis dengan kapur nomor urutannya. Dan seperti biasa jam 7 pagi kembali lagi untuk pembeliannya. Kalau nomor antrian kecil cepat bisa membeli, tapi kalau noor buncit bisa satu sampai dua jam menunggu.

Begitulah repotnya membeli gas tabung 3 kilogram untuk menghembt beberapa ribu rupiah saja. padahal belinya juga cuma satu tabung. Setelah dihitung-hitung, rugi waktu dan tenaga, akhirnya saya memutuskan membeli di kios 23 ribu tau 25 ribu per tabung.

Yang menjadi persoalan, sering sudah mahal (membeli di pengecer) distribusi tabungnya tersendat pula, sehingga langka di pasaran. Ini yang merepotkan.

*

Tentu tiap daerah dan wilayah punya kesulitan dan kendala masing-masing. tiap warga masyarakat pun punya pengalaman masing-masing. Secara umum, penggunaan gas lebih memudahkan dan menguntungkan dibandingkan penggunaan minyak tanah. Artinya, penggantian bahan bakar menjadi gas lebih memudahkan. Namun, soal keamanan ternyata tidak makin baik.

Justru dengan tabung gas 3 kilogram itu banyak terjadi kebakaran, ledakan, dan berbagai peristiwa lain yang menyebabkan korban luka dan tewas. Ada yang disebabkan oleh tabung bocor, teapi tidak sedikit yang disebabkan si pengguna lalai: meninggalkan kompor menyala tak terkontrol, kemungkinan kebocoran tabung atau selang tidak segera diatasi, dan alasasn lain.  

Mengenai penggunaan tabung mestinya diprioritaskan di daerah-daerah terpencil, di pinggiran kota, dan di pelosok desa. Sedangkan di perkotaan harus secepatnya dibangun secara merata jaringan pisa untuk distribusi gas, sehingga harganya relatif menjadi lebih murah. Cara ini juga memudahkan siapa yang perlu mendapat subsidi, dan siapa yang tidak, sesuai dengan ketentuan yang ada.

Khusus untuk distribusi gas tabung 3 kilogram ke pinggiran kota dan pelosok desa sangat tepat bila menggunakan kartu miskin. Kartu yang sama digunakan untuk berbagai keperluan yang terkait dengan status ekonomi di kepala keluarga.

*

Ketakutan bahwa kenaikan harga gas melon akan menyebabkan kenaikan harga-harga, dan dengan demikian akan makin menyulitkan ekonomi masyarakat kecil memang bukan hal yang mustahil. Namun, kepentingan lain harus pula diperhatikan, yaitu pendistribusian gas melon (bersubsidi) yang lebih tepat sasaran. Subsidi yang salah sasaran menyebabkan warga masyarakat yang memiliki penghasilan menengah ke atas tidak beranjak dari sikap jiwa miskin, dan tidak malu memanfaatkan fasilitas untuk mereka yang tidak mampu.

Apalagi si kaya punya banyak tabung, dan bisa membeli sekaligus banyak karena menggunakan kendaraan roda empat. Pemanfaatannya pun boleh jadi untuk usaha. Sedangkan si miskin tidak dengan satu atau dua tabung saja. Dengan kata lain, yang kaya makin kaya. Dan yang miskin makin terpuruk.

*

Akhirnya, sebagai usulan: seiring dengan makin meratanya pembangunan sarana-prasarana jalan di seluruh wilayah tanah air, maka untuk kota-kota besar distribusi gas harus secepatnya menggunakan jaringan pipa.

Sedangkan di pinggiran kota dan pedesaan masih menggunakan tabung gas tiga kilogram (tabung melon) dengan distribusi yang makin ketat. Hal lain yang tak kalah penting, keamanan harus lebih terjamin; dan tidak boleh lagi ada kendala distribusi (kecuali ada bencana alam dan hal-hal genting lain) sehingga harga gas melon tidak dipermainkan distributor dan pedagang.

Itu saja sekadar usul. Mudah-mudahan penerapan sistem distribusi tertutup berupa subsidi tunai dan penjatahan gas, yang berarti ada kenaikan harga gas melon, lebih adil dan tepat sasaran, tidak memunculkan gejolak yang berarti. Semoga kebijakan itu menghasilkan manfaat yang optimal. *** 1 Februari 2020

Tengok juga tulisan menarik yang lain:

puisi-menunggu         -    

cerpen-berkawan-banjir-3

entah-apa-yang-merasukimu-ef-dan-eh-mencaci-maki-polantas-purwakarta

akankah-yasonna-laoly-menyusul-ronny-sompie

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun