Dengan kenyataan di atas tidak mungkin para pengemis punya perayaan sendiri.
Andai saja ada seorang konglomerat yang punya pemikiran berbeda, yaitu membuat acara pesta khusus untuk pengemis, boleh jadi oang-orang kaya lain akan mengikuti. Misal pada satu kota sebuah vihara dan kelenteng mengundang 1.000 orang pengemis, di kota lain diundang setengahnya, dan kota lainnya lagi hanya 100 orang.
Harinya bersamaan dengan perayaan tahun baru Imlek. Atau bertepatan dengan perayaan Idul Fitri.
Pada hari itu mereka tidak perlu berpenampilan seperti peminta-minta pada hari-hari biasa. Mereka akan berpenampilan keren dan cakep seperti warga masyarakat lain. Juga raut wajah, maupun rasa senang yang dirasakannya.
Dengan itu maka ke depan kemeriahan hari-hari keagamaan, termasuk Imlek dan Idul Fitri maupun Idul Adha (Qurban), akan makin bermakna. Warga etnis Tionghwa bergembira merayakan Imlek, warga muslim bergembira merayakan Idul Fitri, para pengemis serta warga miskin lain tak akan mengganggu mereka, sebab sudah punya agenda sendiri.
Semoga gagasan ini tidak terlalu mengada-ada untuk suatu ketika kelak dapat diwujudkan. Selamat tahun baru Imlek 2020, Gong Xi Fa Cai. *** 28 Januari 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H