Bukan hanya orang-orang yang sehari-hari meminta-minta, banyak juga pengemis musiman. Penampilan dan perawakan mereka sama sekali tidak terlihat memprihatinkan seoang pengemis. Kebanyakan mereka punya pekerjaan lain, yaitu pemulung, pekerja srabutan, pengamen, anak jalanan, dan para pengangguran.
*
Apakah kiranya para pengemis juga ingin merayakan suatu perayaan tertentu? Misalnya saat tahun baru Imlek dengan mengenakan busana serba merah? Ikut mengisi amplop merah yang pernah mereka terima tahun-tahun lalu, kemudian diisi dengan daun jambu air kering.
Kemudian dengan cara bercanda dibagi-bagikan kepada sesama pengemis, atau siapapun yang mau menerima meski berisi lembaran daun kering.
*
Angpao sekadar sebutan untuk pemberian berupa uang yang dibungkus sampul berwarna merah, lalu dibagi-bagikan kepada keluarga dekat, terutama anak-anak dan mereka yang belum menikah. Pemberinya keluarga yang mapan dan yang sudah menikah. Itu sebagai tanda keberhasilan usaha dan pekerjaan, dan sebagian hasilnya dibagi-bagikan dalam bentuk uang.
 *
Orang-orang yang berpendapat bahwa agama semata ajaran kaku hitam-putih- dan kemudian berlaku radikal, agaknya perlu untuk berempati pada kenyataan ini.
Orang-orang yang merasa memadai dalam hal kesalehan ritual, belum tentu memiliki kesalehan sosial yang cukup. Orang-orang yang kesalehan sosialnya tinggi tak jarang justru lebih suka membelanjakan uang untuk umbroh dan haji berkali-kali. Untuk membangun sarana-prasarana fisik ibadah megah-mewah, dan terkesan jor-joran. Bersamaan dengan itu  bantuan kepada kaum miskin tidak cukup memadai.
Yang lebih memprihatinkan, orang-orang yang tampak saleh suka berlaku curang dan koruptif. Tanpa sungkan mengabaikan akal-budi-akhlak-adab juga menanggalkan simpati dan empati.
*