Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

(Cerita untuk Anak) Sekolah Karmin

19 Januari 2020   22:01 Diperbarui: 19 Januari 2020   22:01 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kampung kumuh di kolong jalan tol

Pelajaran Abah Sabar, pertama, bekerja keras. Tidak mudah mengeluh dan giat. Kedua, berlaku jujur. Tidak mencuri, tidak memaksa, dan tidak mengemis. Ketiga, bersikap santun kepada siapapun. Selama ini para pemulung ak jarang mencari kesempatan untuk mencuri. Jemuran, perkakas yang dijemur, atau  hewan piaraan menjadi sasaran pula.  

*

Sore hari Karmin kembali ke rumah petak dengan tubuh kelelahan. Seharian ia  membawa uang paling sedikit lima puluh ribu rupiah. Dua puluh ribu untuk ongkos makan. Lima belas ribu ia serahkan kepada pemilih rumah petak. Sisanya ditabung.

"Ini sewa saya hari ini, Mak Minah. Alhamdulillah . . . . !" ucap Karmin ketika hendak mandi ke kamar mandi umum di ujung gang.

"Terimakasih, Min. Kamu selalu disiplin. Tidak pernah nunggak. . . . !" sambut Mak Minah dengan wajah senang. "Sekolahmu, bagaimana?"

"Hahaha. Sekolah kolong jembatan tol itu? Hari ini Abah Sabar mengajari kejujuran, kerja keras dan tidak mudah mengeluh. Itu modal penting dalam hidup!" jawab Karmin. Ia sepintas melihat Ramli dan Todi keluar kamar dengan wajah sedih. "Kenapa mereka, Mak?"

Mak Minah berbisik ke telinga Karmin. "Mereka harus pergi dari kamarku. Sudah seminggu ini keduanya nunggak sewa. Mak sudah berbaik hati menunggu, tapi mereka tidak tahu diri. . . .!"

Karmin memandang keduanya yang berjalan menjauh. Sedih sebenarnya berpisah dengan teman. Tapi mereka bukan teman yang baik. Mereka membawa pengaruh buruk. Selain suka mengejek dan pemalas, mereka pernah terangkap tangan berlaku panjang tangan.. ***

Sekemirung, 19 Januari 2020

Foto

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun