Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Pemulung dan Segayung Air Kran

13 Januari 2020   16:21 Diperbarui: 13 Januari 2020   16:15 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
segayung air kran--niaton.com

"Tidak, Pak Haji. Saya pemulung, bukan pencuri. Tidak perlu dicurigai begitu. Anak saya mau mengemis saja saya larang. Jangan lagi menjadi pencuri. Maaf, ya Pak Haji, saya izin minta air kran. . . !"

Tidak ada wadah untuk penampung air. Terpaksa perempuan berkerudung itu mengambil gayung di kamar mandi, dan menampung air dari kran sepenuh gayung. Cipratan air terasa sejuk di kulit. tangannya.

"Pinjam sebentar gayungnya ya, Pak Haji. Nanti saya kembalikan. Janji. Jangan khawatir. Saya bukan maling. . . . !"

Yu Sawiji setengah berlari, dan menyerahkan gayung itu. Rusmina sudah tidak sabar menunggu. Ia langsung meminum dengan penuh minat. Panas dan haus seperti membakar dada. Sekujur badan terasa mau meleleh oleh terik matahari dan basah keringat. Maka seketika perempuan cilik itu merasakan kesegaran yang luar biasa. (Bersambung) -- 13 Jan 20

Gambar: Gambar

Simak bacaan sebelumnya:

alhamdulillah-ternyata-mall-masih-tutup

tiga-nama-beken-di-awal-tahun

puisi-kanvas-terakhir

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun