Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sosok Jeihan, Ambang Waras, dan Sepintas Perjumpaan

30 November 2019   14:07 Diperbarui: 1 Desember 2019   03:02 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
jeihan sukmantoro dan nisan serta makam yang telah dipersiapkannya sendiri | kompas.com

KH. A. Mustrofa Bisri dalam kata pengantar  buku tersebut, menyatakan: "Seandainya Jakob Sumardjo sama gilanya dengan tokohnya, Jeihan; atau Jeihan sama warasnya dengan Jacob, mungkin buku ini tidak wujud. Atau kalaupun wujud, tidak akan segila buku ini."

Jeihan Sukmantoro lahir di kawasan kaki Gunung Merbabu, tepatnya di Ampel, Boyolali, Jawa Tengah, pada 26 September 1938. Ayahnya mempunyai 'darah biru' dari raja-raja Surakarta (Pakubuwanan).

Sedangkan ibunya berdarah keturunan Cina dari Demak (pusat penyebaran Islam di Pulau Jawa, pada abad 16). Ia anak ke 4 dari 6 bersaudara. Namun, ia terpisah dari saudara-saudaranya karena diasuh keluarga lain.

Ia mulai sekolah pada umur SMP, tanpa melalui SD, dengan sekolah persamaan. Lalu masuk SMA Negeri III Solo, dengan segenap bakat bandel, memberontak, dan mbeling.

Membolos menjadi salah satu caranya mengabaikan kemampuan mengajar para guru. Saat itu ia mulai melukis dan bermain teater, dengan menjadi sutradara, dan membuat majalah dinding. Maka para guru keheranan ketika ia lulus SMA, dan bahkan kemudian mampu berkuliah di Seni Rupa ITB. 

Selama kuliah dan sesudahnya Jeihan menemukan dunianya, kekhasannya, dan juga kegilaannya yang kian matang dalam berkesenian, khususnya lukis.

Nama Besar
Nama Jeihan dalam jagat seni rupa Indonesia mulai besar setelah berkolaborasi dengan pelukis kondang S Soedjojono dalam pameran bertajuk "Temunya 2 Ekspresionis Besar" pada 4-11 Agustus 1985 di Hotel Sari Pacific, Jakarta.

Ia pernah menyabet dua penghargaan, yakni Penghargaan Perintis Seni Rupa Jawa Barat pada 2006 dan Penghargaan Anugerah Budaya Kota Bandung pada 2009.

Karya Jeihan tak hanya lukisan, tetapi juga patung, grafis, keramik, bahkan puisi. Sejumlah puisi "Mbeling" di majalah musik Aktuil pun menjadi ajang ekspresinya.

Diberitakan harian Kompas, 23 Mei 2013, alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) ini sejak beberapa bulan terakhir diketahui sibuk menyiapkan nisan. Bahkan, ia pergi ke Muntilan, Jawa Tengah, demi memburu pembuat nisan yang sesuai dengan desainnya. (kompas.com)

Melukis Massal
Kedekatan Jeihan dengan awak media diwujudkan dengan acara melukis masal. Pesertanya para jurnalis radio, koran, televisi maupun para penulis lepas, baik daerah maupun nasional.  Jumlahnya sekitar 20 jurnalis. Mereka berkumpul pada suatu Ahad pagi hingga siang di studionya di kawasan Padasuka, Bandung. Penulis salah satu diantara pesertanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun