Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sosok Jeihan, Ambang Waras, dan Sepintas Perjumpaan

30 November 2019   14:07 Diperbarui: 1 Desember 2019   03:02 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
jeihan sukmantoro dan nisan serta makam yang telah dipersiapkannya sendiri | kompas.com

Lalu beberapa bagian kanvas dilabur rata, selebihnya dibiarkan kosong untuk kemudian diisi warna lain.

Dengan berkain sarung, kaos oblong putih, berkacamata lebar, dan rambut memanjang hampir menutup telinga, Jeihan berkonsentrasi penuh dengan lukisannya.

Dahi berkerut-kerut, mata menyala, dan nafas tak beraturan memperlihatkan ketergesaan dalam menumpahkan gagasan. Namun, pada saat lain santai saja, sambil ngobrol, atau berkomentar ini-itu mengenai situasi kekinian.

Serasa dalam seketika sebuah gambar utuh tergelar. Coretan rambut, wajah, tangan, badan, dan kaki segera muncul di kanvas. Kuas berganti ke ukuran lebih kecil, lalu untuk detil mata-alis-bibir digunakan kuas paling kecil.

Bidang kanvas yang masih kosong segera dilabur warna yang sama, atau berbeda. Sama cepat, tegas dan rata, dan selesai. Tidak sampai satu jam kanvas ukuran 70 x 90 cm atau bahkan 140 x 140 cm selesai dikerjakan.

Jeihan melihat dari kejauhan, lalu membenahi beberapa detil. Kondisi kesehatan mempengaruhi cara dan gayanya dalam melukis.

Harga sebuah lukisan Jeihan pernah mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah. Kalau tidak melihat sendiri mungkin orang tidak percaya bahwa proses pembuatannya begitu cepat, instan, dan tanpa pikir panjang.

Jeihan melalui cerita panjang dan berliku, sulit dan mempihatinkan, sebelum kemudian menemukan orisinalitasnya itu.

Ambang Waras
Perjalanan panjang dalam kehidupan, dan terlebih aktivias kesenimanannya, membuat seorang budayawan Jakob Sumardjo menggambarkan Jeihan sebagai sosok yang berada pada ambang waras dengan gila.

"Jeihan, Ambang Waras dan Gila" judul buku yang ditulis Jakob Sumardjo mengenai Jeihan. Buku itu serupa sebuah biografi, tetapi dengan cara penulisan yang meluas. 

Menyangkut sejarah, budaya, filsafat, kejawaan, dan berbagai hal lain yang terangkat dari pembicaraan dan pertemuan panjang mengenai kehidupan masa lalu maupun masa kini maestro lukis itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun