"Kami sedang konsentrasi, Mas. Jangankan sambil ngobrol, diam saja pun tak jarang mau ambil rokok keliru ambil cangkir kopi, mau menyulut rokok keliru menyundut bibir sendiri. . . . . hahaha!" jawab Kang Murbani seraya tergelak.
"Siapa itu?" desak Pak Edi Mur.
"Pemain catur di depan saya ini. kalau sudah menghadapi papan catur, khusuknya melebihi orang-orang yang sedang berdzikir di masjid. . . . . Â hahaha. Skak. . . !"
Wak Ja'far terkesiap. Tapi kemudian ganti tertawa tak kalah kencang. Bukannya mengancam raja lawan, Kang Murbani justru melakukan blunder. Rajanya terancam. Sangat kritis. Â
"Kulihat sejak tadi kalian tidak dilayani Mbak Murwo. . . ." Pak Eddi Mur mengalihkan pembicaraan.
"Puasa, Pak.. . . . hehehe!" jawab Wa Ja'far mbil tersenyum-senyum.
"Puasa apa? Senin-Kamis? Haram puasa di hari Tasyrik. Selainpa perayaan Idul Fitri dan Idul Adha, da tiga hari lain yang haram berpuasa, yaitu hari Tasyrik. Tiga hari Tasyrik itu tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Atau tiga hari setelah Idul Adha. . .... Â !" ucap Pak Edi Mur dengan nada serius.
"Maaf, saya bercanda.. . . Â !" sambung Wak Ja'far kemudian. Berbisik. "Utang kami sudah numpuk di warung Mbak Murwo. Biasanya ia ramah menawari kopi dan gorengan. Hari ini kami tahu diri, menolak tawarannya. . . . . . !"
Pa Edi Mur tertawa mendengar jawaban itu. Tak lama kemudian ia mengeluarkan lembaran lima puluh ribu. Lalu memanggil Mbak Murwo.
"Apa saja pesanan mereka kalau sedang asyik main catur, Mbak? Mereka sedang berpikir keras, perlu asupan nutrisi. Ini uangnya. . . . hehehe!"
Kang Murbani dan Wak Ja'far bersahutan mengucap terima kasih. Hari itu mereka beruntung ditraktir Pak Edi Mur. Keduanya membatin, padahal biasanya pelit sekali. *** 12 Agustus 2019/11 Dzulhijjah 1440 H.