Remaja lain menyabung. "Mendingan dirubung cewek-cewek. . . .!"
*
Siang ini lotek Mbak Murwo laris manis. Mak Fatmah dan Bu Tini pagi-pagi sudah pesan lotek. Agaknya siang kembali lagi membawa pesanan untuk suami mereka. Kompak.
"Lotek dua bungkus, kurangi garam dan cabainya. Banyak sayur. . . . . !:" ucap Mak Fatmah kepada Mbak Murwo.
"Tadi pagi sudah makan lotek. Sekarang lagi? Nggak bosan?" tanya Mbak Murwo sambil tertawa.
"Bosan makan daging. Kini giliran makan sayur. Â Mas Edi Mur juga suka. Jadi kupesan dua. . . .!" jawab Mak Fatmah seraya duduk di bangku kayu, di depan meja panjang yang memajang aneka makanan dalam wadah-wadah tertutup, dalam stoples, seta kaleng. Aneka gorengan di piring ditutupi dengan tudung saji. Banyak langanan Mbak Murwo karena ia dikenal sangat rapi menjaga kesehatan.
*
Selain ramai orang di warung Mbak Murwo yang ramai dengan aneka obrolan, ada dua orang di dalam pos ronda itu yang diam saja. Dari tadi. Tidak sepatah katapun terlontar.
Kang Murbani dan Wak Ja'far dari tadi saling berhadapan dengan persoalan rumit dan pelik di kepala mereka masing-masing. Tidak ada suara sruputan pada cangkir kopi, diikuti sedotan pada rokok filter di bibir serta embusan asap membubung. Tidak ada aktivitas makan-mium atau meroko seperti biasanya.
Tak lama datang Mas Bejo nimbrung.
"Sambil main catur boleh kok ngobrol apa saja, dan makan-minum. Serius amat sih?" goda Mas Bejo sambil menepuk-nepuk punggung Kang Murbani. Â