Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Bangun Sahur, Dari Meriam Bambu hingga Lempar Batu

5 Juni 2018   23:11 Diperbarui: 5 Juni 2018   23:52 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
jam weker untuk membaungkan sahur

Satu lagi cerita pada awal-awal berkeluarga dan tinggal di rumah mertua indah di kota provinsi seberang pulau yang atap rumahnya dari seng. Agama Islam di kawasan itu merupakan minoritas, dan jam-jam sahur masih merupakan waktu yang belum tuntas bagi sejumlah orang yang menenggak minuman beralkohol. Tentu selain pemasuk yang sudah menjadi penghuni got, tenggelam di pantai, terkena razia petugas, atau masuk rumah sakit.

Ya, namanya orang mabuk -atau setengah mabuk- sering bikin kekacauan dengan  perkelahian antar mereka. Kadang sekadar menghalangi jalan, lalu mencegat orang lewat, dan membuat perhitungan dengan para penjual nasi/mie goreng yang menggunakan gerobak keliling. Dan satu lagi, membangunkan orang yang hendak sahur dengan melempari rumah seng mereka dengan batu sejak tengah malam. Ini cara yang luar biasa mencekam memang. Tapi begitulah salah-satu suka duka sebagai pendatang. Kenakalan anak muda pada zaman manapun tak pernah surut dari bikin susah orang lain. Dan kita semua tentu pernah muda dan menjadi bagian dari keisengan serta kenakalan mereka.   

Belakangan ketika jumlah penduduk kota itu makin padat, pendatang kian banyak, serta pemerintah daerah makin ketat merazia pemuda-pemuda mabuk acara seperti itu terhenti. Mungkin juga para pemuda sudah berpindah tempat karena bekerja, tidak lagi minum miras, sadar diri sudah tua, atau sudah mendapatkan tempat lain yang lebih nyaman untuk menenggak miras.

*

Begitu saja. Membangunkan orang untuk sahur punya cerita, punya suka-duka, dan terlebih juga menjadi kenangan yang menyenangkan. Berpindah-pindah tempat bermukim memungkinkan kita mengenal banyak suku bangsa berbeda, mengenal banyak kota lain, dan terutama menabung banyak cerita yang suatu ketika bakal enak dan unik untuk dituturkan.***5/6/2018

Gambar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun