Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksi Islami

Cerpen | Jelang Ramadan, Comblang, dan Isteri Teroris

16 Mei 2018   21:53 Diperbarui: 16 Mei 2018   22:02 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mbak Murwo makin penasaran. Tiap hari ia meghitung-hitung, berandai-andai, dan membayangkan suami yang ideal untuknya. Satu waktu ia pasrah saja siapapun calon suami yang datang bakal dierima, atau waktu lain ia pingin bersuamikan lelaki yang yang ganteng para bintang sinetron, sekaya konglomerat, dan secerdas para tukang ngoceh di layar televisi. Namun sejauh itu Bu Tini belum berterus terang. 

Suatu sore Lik Sumar datang dan memesan dua bungkus lotek. Mbak Murwo kaget dan heran sebab sudah lama lelaki itu tidak bermain catur di pos ronda.

"Untuk siapa, Lik, kok dua bungkus? Sebungkus untuk calon isteri ya?" goda Mbak Murwo, memancing.

Lik Sumar tersenyum kecil. Lalu berbisik. "Calon isteriku tidak suka makan lotek?"

"Lho? Kenapa?"

"Ia seorang penjual lotek. . . .!"

"Hahh?!"

Tidak ada pembicaraan lagi. Mbak Murwo tidak menyangka Lik Sumar berani berterus terang. Tapi ia tidak ingin menanggapi gurauan itu. Sebab ia masih penasaran dengan orang yang dicomblangi Bu Tini.

* 

Sehari kemudian Bu Tini datang, dan seperti biasa mendekat ke belakang berobak dan berbisik pada Mbak Murwo. "Batal, Mbak. Tidak jadi"

"Lho? Kenapa, Bu? Bukankah selama ini aku belum menjawab iya atau tidak? Ia muncul begitu saja. Si pengecut itu. Apa betul ia seorang teroris yang ragu-ragu? Aku tidak mau diajak bunuh diri seperti teroris di Surabaya beberapa hari lalu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Fiksi Islami Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun