Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksi Islami

Cerpen | Jelang Ramadan, Comblang, dan Isteri Teroris

16 Mei 2018   21:53 Diperbarui: 16 Mei 2018   22:02 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari itu Bu Tini menjadi bos, menjadi majikan dan komandan. Ini soal bersih-bersih rumah memang wewenang penuh ibu rumah tangga. Jadi suami harus nurut, manut, dan mengikuti apa perintah komandan.

"Siap, Komandan. Saya mau istirahat minum kopi dan merokok dulu. Sisa pekerjaan dilanjutkan nanti. . . . !" ucap Mas Bejo seraya meletakkan peralatan kerjanya, dan beranjak ke teras.

Bu Tini tahu apa yang harus dilakukan. Secangkir kopi hitam panas, dan sebungkus rokok dengan koreknya ia bawa ke teras untuk suaminya itu. Sepertiga hari sudah lewat. Dan hari ini hari terakhir sebelum datang tamu agung itu, yaitu Ramadan 1439 Hijriah, yang dimulai Kamis, 17 Mei 2018, besok.

*

Belum lama menikmati kopi dan isapan sebatang kretek, datang Lik Sumar tergopoh-gopoh. Seperti biasa ia mencari teman ngobrol. Sebab sebagai jomblo yang mulai berumur, tidak ada seseorang sebagai teman ngobrol  di rumah.

"Sudah bersih-bersih rumah, Lik?" Mas Bejo mendahului bertanya.

Lik Sumar duduk di kursi kayu menghadap meja bulat, dan memperhatikan secangkir kopi dengan bungkus rokok di sampingnya.

"Meski sekadar basa-basi, tamu datang bagus ditawari minum, Kopi atau teh? Sekalian rokoknya. Bukan malah ditanya yang macam-macam, , , , hehe!" Lik Sumar terkekeh.

Bang Brengos ikut tertawa. Saling sindir menjadi kebiasaan warga. Dan itu sehat agar pembicaraan lebih hidup dan terus-terang.

Di dapur, Bu Tini mendengar sindiran itu.  Ia cepat ke teras, dan berucap pada suaminya. "Mas, kopinya habis. Maaf, tidak tahu kalau Lik Sumar mau datang. Nanti saja datang lagi saat Lebaran pertama, pasti banyak pilihan minuman. . . . !"

"Kalau mau banyak pilihan, tidak perlu nunggu Lebaran, Bu Tini. Sekarang pun bisa. Duduk saja di bangku dekat gerobak jualan Mbak Murwo!" jawab Lik Sumar dengan tertawa. "Jomblo dimana-mana selalu simpel, cekatan, dan disiplin karena punya waktu banyak. Sebab hanya mengurus diri sendiri."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Fiksi Islami Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun